Setiap muslim di dunia ini tentu sudah mengenal dengan ibadah Qurban (kurban). Apalagi di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam atau umat ISlam terbesar di dunia. Ibadah Qurban ini dilakukan 1 kali dalam setahun. Ibadah Qurban (Kurban) yang berarti dekat atau mendekatkan atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Sementara itu, ibadah kurban adalah salah satu ibadah pemeluk agama Islam, dengan melakukan penyembelihan hewan ternak untuk dipersembahkan kepada Allah.
Setiap tanggal 10 Dzul Hijjah, semua umat Islam yang tidak melaksanakan haji merayakan hari raya Idul Adha. Pada hari itu, umat Islam sangat disunnahkan untuk berqurban dimana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh umat Islam di suatu daerah. Lalu apakah sebenarnya Qurban itu? Dibawah ini akan dijelaskan secara lengkap.
Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam Islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
Dalil Disyari’atkannya Kurban
Allah SWT telah mensyariatkan kurban dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1 — 3).
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syiar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan dari padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36).
“Dan bagi tiap - tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” QS. al-Haj: 34. “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” QS. al-Haj: 37
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban),..” Ayat di bagian pertama yang ditampilkan di atas menjadi ruh daripada perjalanan sejarah tentang qurban dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, yang telah lama menjadi salah satu jalan syariat bagi para Nabi dan Rasul di zaman mereka msaing-masing.
Tonggak keberadaban sejarah ini dapat dilacak dari perjalanan sejarah yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul sejak tapak-tapak syariat mulai membumi di alam terbuka untuk menjadi konsumsi umat sepanjang sejarah. Inilah tapak-tapak suci dari sejarah qurban dimulai.
Sejarah Kurban di Zaman Para Nabi
Sambil menunggu waktu ibadah kurban, alangkah baiknya kita mengetahui dahulu bagaimana sejarah kurban dalam Islam.
Perayaan hari raya Idul Adha tidak terlepas dengan ritual pemotongan hewan kurban. Secara bahasa Arab, قربن (Qurban) yang berarti dekat atau mendekatkan atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah, secara harfiah berarti hewan sembelihan. Hari Raya Idul Adha diperingati setiap 10 Dzulhijjah, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji sedang melaksanakan wukuf di Arafah.
Pada hari itu, Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat Islam yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan kurban. Melakukan penyembelihan hewan kurban adalah suatu bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Rabb-Nya, sebagai symbol atau tanda ketaqwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT, selain itu untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta hanya mengharapkan ridha-Nya. Sebelum manusia diperintahkan untuk berkurban, para nabi dari Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW diberitahukan terlebih dahulu baik lewat wahyu Allah atau lainnya. Berikut cerita lengkap sejarah kurban yang perlu kita ketahui dari zaman nabi.
Kurban pada Zaman Nabi Adam AS
Bermula ketika adanya perselisihan antara anak-anak Nabi Adam AS dan Siti Hawa yaitu Habil dan Qabil. Qabil lahir kembar dengan Iqlima, sementara Habil lahir kembar dengan Labuda. Sesuai perintah Allah, maka anak-anak Nabi Adam harus menikah dengan saudara yang bukan pasangan kembarnya (persilangan), Qabil dengan Lubuda dan Habil dengan Iqlima. Namun perintah tersebut dibantah oleh Qabil, ia beralasan tidak menyukai Labuda karena Labuda tidak secantik Iqlima.
Untuk menengahi perselisihan tersebut, kemudian Nabi Adam AS meminta pertolongan kepada Allah untuk sebuah solusi. Hingga Allah memerintahkan Qabil dan Habil untuk mempersembahkan kurban sebagai syarat menikah. Nabi Adam pun meminta kedua putranya untuk menyiapkan kurban kepada Allah SWT. Kurban siapa yang diterima Allah, maka dialah yang berhak menentukan dengan siapa akan menikah.
Kurban dari Qabil Tidak Diterima Allah SWT
Habil yang hidup sebagai penggembala, mempersiapkan kurban dengan membawa domba jantan terbaik miliknya ke atas bukit. Sementara Qabil yang hidup di bidang pertanian membawa hasil pertaniannya yang paling jelek untuk digunakan sebagai kurban. Merekapun menunggu hasil penilaian oleh Allah SWT kurban siapa yang akan diterima. Tak lama kemudian, sebuah api muncul di atas bukit dan melahap kurban kambing yang di kurbankan oleh Habil, sedangkan kurban hasil pertanian milik Qabil masih utuh diatas bukit, hal ini menandakan bahwa kurbannya tidak diterima oleh Allah SWT.
Melihat kenyataan tersebut, Qabil tidak terima dan sangat marah sehingga ingin membunuh Habil. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalan Surat Al – Maidah ayat 27 yang artinya:
“Ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah : 27)
Dari kisah sejarah tentang kurban tersebut dijelaskan bahwa hendaknya kita berkuban dari hewan terbaik yang dimiliki serta meniatkan di hati kita bahwa semua ibadah ini hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT semata
Kurban pada Zaman Nabi Ibrahim AS
Disebutkan dalam Al-Quran, Allah memberi wahyu melalui mimpinya kepada Nabi Ibrahim AS untuk mempersembahkan Nabi Ismail AS putera kesayangannya. Tentu saja hal ini menjadi sebuah ujian berat bagi Nabi Ibrahim AS. Putera yang diharap-harapkan dan didambakannya puluhan tahun yang seharusnya putera tersebut menjadi pewaris keturunannya. Namun, harus disembelih olehnya untuk dijadikan kurban yang akan dipersembahkan kepada Allah SWT. Bisa dibayangkan betapa bimbangnya hati Nabi Ibrahim AS pada saat itu.
Akan tetapi Nabi Ibrahim tetap berprasangka baik dan yakin atas kebesaran Allah SWT bahwa semua ini adalah perintah yang datang dari Allah SWT. Hingga akhirnya Nabi Ibrahim AS menyampaikan wahyu melalui mimpinya itu kepada Nabi Ismail AS, hal ini dikisahkan di dalam Al-Quran:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS Ash-Shafaat : 102)
Dengan keteguhan hati Nabi Ismail AS kemudian menjawab: “Wahai bapakku kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar,” (QS. Ash-Shaffaat : 102)
Terbuktilah kebesaran Allah SWT, ketika hendak ingin menyembelih Nabi Ismail AS menggunakan parang yang sangat tajam, tiba-tiba saja parang tersebut menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
Datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya,
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, Kami berseru dan memanggilnya: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah meyakini mimpi kamu itu. Sesungguhnya demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar merupakan ujian yang nyata. Dan Kami tebus putra itu dengan seekor (kambing) sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Kesejateraan dilimpahkan atas Ibrahim”.
(Q.S. ash-Shaffāt : 103-109)
Kurban pada Zaman Nabi Muhammad SAW
Dari kisah para Nabi sebelumnya hingga pada zaman Nabi MuhammadSAW, syariat kurban kemudian berkembang hingga sampai saat ini dan akan sampai akhir zaman nanti.
Perintah kepada Nabi Muhammad SAW, agar melakukan kurban bahkan diabadikan di dalam Alquran. Allah SWT berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Artinya:
“Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.”
(QS Al Kautsar: 3)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah berkurban dengan dua ekor kambing yang putih warnanya serta besar tanduknya. Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada saat melaksanakan Haji Wada di Mina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar