Masjid Cordoba yang terletak di Cordoba, Andalusia, Spanyol. Cordoba sendiri merupakan kota peninggalaan kejayaan Islam di Eropa. Masjid ini memiliki sejarah yang panjang sejak pertama kali dibangun pada tahun 784 oleh Abd al-Rahman I. Tidak hanya kaya akan sejarah, tapi bangunan masjid ini juga memiliki arsitektur yang mendunia.
Mezquita atau Masjid Córdoba ialah sebuah katedral di Spanyol yang dahulu merupakan sebuah masjid. Pada masa kekuasaan Islam di Spanyol Córdoba adalah ibu kota Spanyol di bawah pemerintahan dinasti Umayyah. Setelah Reconquista atau Penaklukkan Kembali Spanyol oleh kaum Kristen, gedung ini diubah fungsi menjadi sebuah gereja dengan katedral gotik yang dimasukkan ke tengah gedung berarsitektur Moor ini. Sekarang keseluruhan gedung dipakai sebagai gedung katedral diosese Córdoba di Spanyol.
Pada tahun 1984, UNESCO menetapkan Masjid Agung Cordoba sebagai World Heritage Site atau tempat bersejarah yang penting di dunia. Masjid Cordoba, pada 15 Desember 1994 ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia. Masjid Cordoba memiliki ruangan dalam untuk salat, berbentuk persegi panjang yang dikelilingi oleh lapangan terbuka, seperti model masjid-masjid peninggalan Umayyah dan Abbasiyah yang dibangun di Suriah dan Irak.
Sejarah Masjid Cordoba
Nama resmi Masjid Cordoba karena fungsinya yang pernah menjadi masjid dan gereja Katolik, nama resmi bangunan ini adalah Masjid-Katedral Cordoba. Selain itu, masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Agung Cordoba dan Mezquita Cordoba.
Situs Masjid Cordoba aslinya merupakan lokasi gereja Katolik yang dibangun oleh bangsa Visigoth. Setelah Andalusia dikuasai Muslim, lokasi tersebut kemudian dibagi menjadi dua porsi: satu untuk Muslim, satu untuk Kristen. Pembagian ini bertahan hingga ketika Khalifah Abdurrahman I dari Dinasti Umayyah membeli porsi Kristen, merubuhkan seluruh bangunan, dan menggantinya dengan Masjid Cordoba di wilayah bekasnya pada tahun 787. Pembangunannya terus dilakukan oleh khalifah-khalifah penerusnya.
Pada saat pemerintahan Umayyah, Cordoba menjadi ibu kota Spanyol di bawah pemerintahan khalifah Islam dan terkenal di Eropa. Cordoba pada saat itu juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan, di mana volume kunjungan ke perpustakaannya mencapai 400.000 kunjungan.
Lokasi berdirinya Masjid Cordoba sebelumnya ditempati oleh sebuah gereja untuk kaum Katolik Visigoth. Setelah Kerajaan Visigoth berada di bawah pengaruh Islam, fungsi masjid ini dibagi sebagai tempat untuk untuk orang Islam dan Kristen. Pembagian fungsi ini bertahan hingga tahun 784, ketika bagian yang ditujukan untuk ibadah orang Kristen dibeli oleh Emir Abd al-Rahman I yang kemudian membangun Masjid Agung Cordoba di tanah yang sudah ada.
Bangunan Masjid Agung Cordoba terus mengalami renovasi dan perluasan, termasuk dibangunnya minaret pada tahun 951. Masjid ini terus berfungsi sebagai tempat ibadah umat Muslim hingga akhirnya Cordoba kembali berada di bawah pengaruh Kristen pada tahun 1236 bersamaan dengan terjadinya Reconquista. Bangunannya pun diubah menjadi gereja Katolik Roma dan hingga kini memegang fungsi utama sebagai gereja di Diosese Cordoba.
Fenomena Peradaban di Cordoba
Berikut ini beberapa bangunan yang menunjukkan kemajuan peradaban di Andalusia terutama di Kota Cordoba. Dari sini kita dapat mengetahui sumbangan-sumbangan Islam dalam perjalanan sejarah manusia.
Mezquita atau Masjid Córdoba ialah sebuah katedral di Spanyol yang dahulu merupakan sebuah masjid. Pada masa kekuasaan Islam di Spanyol Córdoba adalah ibu kota Spanyol di bawah pemerintahan dinasti Umayyah. Setelah Reconquista atau Penaklukkan Kembali Spanyol oleh kaum Kristen, gedung ini diubah fungsi menjadi sebuah gereja dengan katedral gotik yang dimasukkan ke tengah gedung berarsitektur Moor ini. Sekarang keseluruhan gedung dipakai sebagai gedung katedral diosese Córdoba di Spanyol.
Pada tahun 1984, UNESCO menetapkan Masjid Agung Cordoba sebagai World Heritage Site atau tempat bersejarah yang penting di dunia. Masjid Cordoba, pada 15 Desember 1994 ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia. Masjid Cordoba memiliki ruangan dalam untuk salat, berbentuk persegi panjang yang dikelilingi oleh lapangan terbuka, seperti model masjid-masjid peninggalan Umayyah dan Abbasiyah yang dibangun di Suriah dan Irak.
Sejarah Masjid Cordoba
Nama resmi Masjid Cordoba karena fungsinya yang pernah menjadi masjid dan gereja Katolik, nama resmi bangunan ini adalah Masjid-Katedral Cordoba. Selain itu, masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Agung Cordoba dan Mezquita Cordoba.
Situs Masjid Cordoba aslinya merupakan lokasi gereja Katolik yang dibangun oleh bangsa Visigoth. Setelah Andalusia dikuasai Muslim, lokasi tersebut kemudian dibagi menjadi dua porsi: satu untuk Muslim, satu untuk Kristen. Pembagian ini bertahan hingga ketika Khalifah Abdurrahman I dari Dinasti Umayyah membeli porsi Kristen, merubuhkan seluruh bangunan, dan menggantinya dengan Masjid Cordoba di wilayah bekasnya pada tahun 787. Pembangunannya terus dilakukan oleh khalifah-khalifah penerusnya.
Pada saat pemerintahan Umayyah, Cordoba menjadi ibu kota Spanyol di bawah pemerintahan khalifah Islam dan terkenal di Eropa. Cordoba pada saat itu juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan, di mana volume kunjungan ke perpustakaannya mencapai 400.000 kunjungan.
Lokasi berdirinya Masjid Cordoba sebelumnya ditempati oleh sebuah gereja untuk kaum Katolik Visigoth. Setelah Kerajaan Visigoth berada di bawah pengaruh Islam, fungsi masjid ini dibagi sebagai tempat untuk untuk orang Islam dan Kristen. Pembagian fungsi ini bertahan hingga tahun 784, ketika bagian yang ditujukan untuk ibadah orang Kristen dibeli oleh Emir Abd al-Rahman I yang kemudian membangun Masjid Agung Cordoba di tanah yang sudah ada.
Bangunan Masjid Agung Cordoba terus mengalami renovasi dan perluasan, termasuk dibangunnya minaret pada tahun 951. Masjid ini terus berfungsi sebagai tempat ibadah umat Muslim hingga akhirnya Cordoba kembali berada di bawah pengaruh Kristen pada tahun 1236 bersamaan dengan terjadinya Reconquista. Bangunannya pun diubah menjadi gereja Katolik Roma dan hingga kini memegang fungsi utama sebagai gereja di Diosese Cordoba.
Fenomena Peradaban di Cordoba
Berikut ini beberapa bangunan yang menunjukkan kemajuan peradaban di Andalusia terutama di Kota Cordoba. Dari sini kita dapat mengetahui sumbangan-sumbangan Islam dalam perjalanan sejarah manusia.
Jembatan Cordoba.
Termasuk salah satu keistimewaan Cordoba adalah Jembatan Cordoba yang letaknya ada di sungai al-Wadi al-Kabir. Jembatan ini dikenal dengan nama al-Jisr dan Qantharah ad-Dahr. Panjangnya sekitar 400 m, lebar 40 m, dan tingginya 30 m. Ibnu al-Wardi dan al-Idrisi meberikan kesaksian bahwa jembatan tersebut melebihi jembatan-jembatan yang lain dari segi kemegahan bangunan dan kecanggihannya (Kharidah al-Aja’ib wa Faridah al-Ghara-ib, Hal. 12).
Jembatan yang menakjubkan tersebut dibangun pada permulaan abad kedua Hijriyah tahun 101 H, atau sejak 14 abad yang lalu. Jembatan ini dibangun oleh Gubernur Andalusia, as-Samh bin Malik al-Khaulani di masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz. Artinya, jembatan ini dibangun pada saat manusia belum mengenal sarana transportasi kecuali binatang: keledai, onta, bighal, dan kuda. Dan ketika itu, sarana-sarana pembangunan belum secanggih saat ini. Hal inilah yang menjadikan jembatan tersebut salah satu kebanggaan peradaban Islam.
Masjid Cordoba.
Masjid Jami’ Cordoba merupakan salah satu unsur peradaban Cordoba yang sangat penting dan masih tetap bertahan hingga sekarang. Masjid tersebut dalam bahasa Spanyol disebut Mezquita, yang diambil dari kata masjid. Masjid ini adalah masjid yang paling masyhur di Andalusia, bahkan di seluruh Eropa. Namun, sekarang masjid ini dijadikan sebagai katedral. Masjid ini mulai dibangun Abdurrahman ad-Dakhil tahun 170 H / 786 M., kemudian diteruskan oleh putranya Hisyam dan khalifah-khalifah setelahnya. Setiap khalifah memberikan sesuatu yang baru kepada masjid tersebut, dengan memperluas dan memperindahnya agar menjadi masjid yang paling indah di Cordoba dan masjid terbesar di dunia saat itu.
Namun, hal yang menyedihkan dan membuat air mata berlinang, masjid yang megah ini telah diubah menjadi katedral sejak jatuhnya Andalusia dari tangan kaum muslimin. Masjid ini kemudian berada di bawah kontrol gereja, walaupun namanya tetap diabadikan. Menaranya yang tinggi menjulang dan megah telah berubah menjadi tempat lonceng kebaktian gereja untuk menyembunyikan karakter Islamnya. Adapun dinding-dindingnya masih dipenuhi dengan ukiran ayat-ayat Alquran yang mencitrakan daya artistik yang tinggi. Masjid ini sekarang menjadi salah satu bagian dari tempat sejarah yang paling masyhur di dunia.
Universitas Cordoba
Peran Masjid Cordoba tidak hanya sebagai tempat ibadah, namun masjid ini juga berfungsi sebagai universitas, bahkan salah satu yang paling masyhur di dunia dan markas ilmu di Eropa. Dari universitas ini, ilmu-ilmu Arab ditransfer ke Eropa selama berabad-abad. Segala cabang ilmu diajarkan di sini dan para pengajarnya merupakan orang-orang yang sangat kompeten di bidangnya. Para pencari ilmu datang ke unversitas ini, baik dari Timur maupun dari Barat. Para pengajar dan dosen diberi imbalan dengan gaji yang layak agar mereka fokus mengabdikan diri untuk mengajar dan menulis dengan baik. Para siswa pun diberi uang saku secara khusus, dan orang-orang yang tidak mampu diberikan beasiswa dan bantuan.
Demikianlah artikel yang menjelaskan tentang " Sejarah Masjid - Katedral Cordoba, Masjid Yang Diubah Menjadi Gereja". Semoga melalui tulisan ini memberikan pemahaman kepada pembaca yang sedang mempelarinya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan silahkan tinggal tanggapan maupun kritikan yang sifatnya memperbaiki untuk yang akan datang. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Referensi
National Geographic Channel - Islam Art
Guia, Aitana (1 July 2014). The Muslim Struggle for Civil Rights in Spain, 1985–2010: Promoting Democracy Through Islamic Engagement. Sussex Academic Press. hal. 137. ISBN 9781845195816
Armstrong, Ian (2013). Spain and Portugal. Avalon Travel Publishing.ISBN 9781612370316
Jarbel, Rodriguez. Muslim and Christian Contact in the Middle Ages: A Reader.University of Toronto Press. hal. 41. ISBN 9781442600669
Tidak ada komentar:
Posting Komentar