Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam kedua di Indonesia atau Nusantara yang letaknya berada di Pulau Sumatera tepatnya di ujung utara pulau yakni kota Lhokseumawe, Provinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam). Raja pertama atau pendiri Kerajaan Samudra Pasai bernama Meurah Silu dengan gelar Sultan Malik As-Saleh pada tahun 1267. Sumber sejarah dan bukti mengenai keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dapat kita lihat di Makam atau kuburan raja-raja aceh yang bisa kita lihat di Aceh Utara tepatnya kampung Gendong. Pada makam tersebut terdapat makam dari raja pertama atau bisa disebut juga dengan pendiri kerajaan ini.
Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Samudra Pasai yang lain yaitu ditemukannya koin dari bahan emas dan perak dengan tercantum nama rajanya. Selain itu, sumber keberadaan Kerajaan Samudra pasai juga tercantum di dalam kitab Rihlah Ila I Masyriq karya dari Abu Abdullah Ibn Batuthah pada tahun 1304-1368. Kitab tersebut merupakan kisah orang-orang atau para pedagang yang pergi mengembara ke arah timur dan menuju Nusantara. Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga diperkuat dari catatan sejarawan Maroko bernama Ibn Batutah. Dalam catatannya, Samudra Pasai digunakan sebagai sebagai pusat studi Islam. Ia menyebut Samudra sebagai "sumutrah" dan kemudian sekarang menjadi Sumatra.
Awal Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai.
Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada abad ke-13. Nazimuddin Al Kamil adalah seorang laksamana laut dari Mesir. Beliau diperintahkan pada tahun 1238 M untuk merebut pelabuhan kambayat di Gujarat yang tujuannya untuk dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Awal Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai.
Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada abad ke-13. Nazimuddin Al Kamil adalah seorang laksamana laut dari Mesir. Beliau diperintahkan pada tahun 1238 M untuk merebut pelabuhan kambayat di Gujarat yang tujuannya untuk dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Beliau mengangkat Marah Silu sebagai Raja Pasai pertama. Setelah naik tahta Marah Silu berganti nama dan bergelar Sultan Malik As-Saleh. Masa akhir pemerintahan Sultan Malik As-Saleh sampai beliau wafat pada tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi.
Berdasarkan cerita-cerita kunjungan negara lain. Ada perbedaan pendapat mengenai kerajaan ini. Hal ini disebabkan karena ada yang memisahkan antara nama Pasai dan Samudera. Tapi catatan Tiongkok tidak memisahkan nama kerajaan ini dan meyakini ini adalah satu kerajaan. Sedangkan Marco Polo dalam catatan perjalanannya menulis daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).
Selama masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh. Sultan menikah dengan putri dari Kerajaan Perlak yaitu Gangang Sari. Dari pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik Az-Zahir I. Pada Masa Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami masa keemasan.
Sultan Malik Az-Zahir I memperkenalkan pertama kali penggunaan emas di lingkungan kerajaan. Hal inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan terbesar di Sumatera pada saat itu. Kerajaan juga menjadi terkenal sebagai tempat penyebaran agama Islam.
Setelah masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir I digantikan oleh anaknya Sultan Ahmad I. Namun tidak berlangsung lama karena suatu hal maka digantikan oleh anak dari Sultan Ahmad I yaitu Sultan Malik Az-Zahir II. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II, Kerajaan Samudera Pasai di datangi oleh musafir Maroko terkenal dunia yaitu Ibn Batuthah. Ibn Batuthah menulis dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) sekembalinya ke jazirah arab menceritakan bahwa salah satu Raja di daerah Samatrah (Sumatera) menyambutnya dengan ramah. Beliau juga mengungkapkan bahwa pengikutnya bermazhab Syafii.
Sayangnya pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II pada tahun 1345. Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit kemudian serangan kedua pada tahun 1350 sehingga membuat keluarga Kerajaan harus mengungsi.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai.
Kerajaan Samudera Pasai ini biasanya lebih dikenal dengan Kesultanan Pasai atau Samudera Darussalam. Kerajaan Islam tertua ini merupakan kerajaan pertama sekaligus yang tertua dalam sejarah Islam. Selain itu kerajaan tersebut terletak di daerah pesisir pantai sebelah utara Pulau Sumatera yang lebih tepatnya lagi berada diantara kota Lhokseumawe dengan Aceh Utara (sekarang bernama Geudong).
Kerajaan ini dibangun setelah terjadi runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, tepatnya dibangun sekitar abad ke 13 M. Selain itu Kerajaan Samudera Pasai juga didirikan oleh yang bernama Sultan Malik As-Shaleh yang sebelum memeluk Islam lebih dikenal dengan nama Meurah Silu.
Adanya berita tentang Kerajaan Samudera Pasai ini ditemukan oleh seorang sejarawan dari maroko yang bernama Ibnu Butatah saat ia berlayar dan kemudian ia berkunjung ke Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1345 – 1346. Kemudian Ibnu Butatah menyebutnya dengan “Sumutrah” atau ejaannya untuk nama Samudera yang sekarang berubah menjadi Sumatera.
Ketika sampai di pelabuhan Pasai, Ibnu Butatah lalu dijemput oleh laksamana muda dari Pasai yang bernama Bohruz. Kemudian laksamana tersebut memberitakan kedatangan Butatah kepada raja. Tak lama kemudian Butatah diundang oleh sang raja untuk bertemu dengan Sultan Muhammad (cucu Malik As-Shaleh). Kemudian Butatah pun singgah sebentar di Samudra Pasai.
Pernah diberitakan bahwa Sultan Pasai ini melakukan hubungan dengan Sultan Mahmud di Delhi dan juga Kesultanan Usmani Ottoman. Selain itu juga diberitakan pula bahwa ada pegawai kerajaan yang berasal dari Isfahan (Kerajaan Safawi) yang datang ke Istana Pasai untuk mengabdi. Oleh sebab itu, karya sastra yang berasal dari Persia begitu sangat populer di Kerajaan Samudera Pasai. Tak heran jika sastra Persia sangat berpengaruh terhadap kesusastraan di Melayu pada saat itu.
Menurut catatan dari Butatah, Islam telah hadir sejak satu abad yang lalu tepatnya sekitar abad ke 12 M. Setelah selama setahun berada di Pasai, kemudian Butatah melanjutkan pelayarannya ke China. Dan akhirnya pada tahun 1347 Butatah kembali lagi ke Samudera Pasai.
Tak lama kemudian masa pemerintahan Sultan Malik As-Shaleh pun digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Malik Az-Zahir. Pada masa pemerintahannya, koin emas digunakan sebagai mata uang di Kerajaan Samudera Pasai. Seiring dengan perkembangan zaman, Pasai menjadi salah satu tempat untuk berdagang dan sekaligus untuk pengembangan dakwah Islam.
Kemudian pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik Az-Zahir pun meninggal dan kemudian pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai di pimpin oleh putranya yang bernama Sultan Mahmud Malik Az-Zahir dan ia hanya memerintah sampai tahun 1345 saja. Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (putra dari Sultan Mahmud Malik Az-Zahri) Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh pasukan dari Kerajaan Majapahit antara tahun 1345 dan 1350. Dalam serangan itu membuat Sultan Pasai harus melarikan diri dari ibukota kerajaan.
Pada tahun 1383 Kerajaan Pasai mulai bangkit lagi dibawah pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin dan ia hanya memimpin sampai tahun 1405 saja. Kemudian dalam catatan sejarah ia pun tewas dibunuh oleh Raja Nakur. Dan akhirnya Kerajaan Samudera Pasai dilanjutkan oleh istrinya yang bernama Sultanah Narasiyah.
Kemudian pada tahun 1405, 1408 dan 1412 Kerajaan Samudera Pasai kedatangan armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal. Menurut catatan Cheng Ho, Kerajaan Samudera Pasai ini memiliki batas wilayah pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur. Sementara itu disebelah barat dan utara memiliki berbatasan dengan dua kerajaan, yaitu Nakur dan Lide. Dalam kunjungannya tersebut Cheng Ho juga memberikan hadiah dari Kaisar China yang berupa Lonceng Cakra Donya.
Menjelang akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian yang berujung dengan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan bahwa Sultan Pasai meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk menghentikan pertikaian tersebut.
Kemudian pada abad ke 16, bangsa Portugis berhasil masuk didaerah Selat Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1521 sampai 1541. Selanjutnya wilayah Kerajaan Samudera Pasai direbut kembali oleh Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Dimana waktu itu Kerajaan Aceh dipimpin oleh Raja Sultan Ali Mughayat.
Sumber Sejarah Kerajaan Samudra Pasai.
Ada beberapa sumber sejarah yang dapat menjadi patokan kita untuk mengetahui tentang kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Semua sumber sejarah yang ditemukan merupakan hasil dari riset seorang sejarawan yang mungkin ingin menelusuri tentang kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Berikut ini sumber sejarah yang terkait kerajaan tersebut:
Kronik Dinasti Yin, dari kronik tersebut kita dapat mengetahui bahwa utusan Kerajaan Samudra pasai telah berkunjung ke Cina. Catatan Marco Polo tahun 1292, dalam catatan tersebut ia mengatakan bahwa di Sumatra terdapat beberapa wilayah yaitu Basma, Lamuri, dan Fansur. Memang Marcopolo tidak menyebutkan Samudra Pasai, tetapi ia menyebutkan Basma yang letaknya tidak jauh dari Pasai. Ia juga mengunjungi Perlak.
Catatan Ibn Batutah, ia merupakan seorang pengembara dari Maroko. Dalam catatan tersebut, ia menyebutkan Kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al Zahar. Ia juga menyebutkan Kerajaan ini telah menjadi pusat studi agama Islam dan tempat para ulama Islam berkumpul.
Utusan Kaisar Cina, ia mengirim 3 utusan-nya yakni pada tahun 1403, 1414, dan 1430.
Raja Kerajaan Samudra Pasai.
Beberapa Raja Kerajaan Samudra Pasai sudah dijelaskan di atas. berikut ini akan disajikan mengenai raja-raja kerajaan tersebut secara lengkap. Sebagai berikut :
- Sultan Malik as-Saleh pada tahun 1267 - 1297
- Sultan Al-Malik at Tahir I / Muhammad I pada tahun 1297 - 1326
- Sultan Ahmad I pada tahun 1326 - 133?
- Sultan Al-Malik at Tahir II pada tahun 133? - 1349
- Sultan Zainal Abidin I pada tahun 1349 - 1406
- Ratu Nahrasyiyah pada tahun1406 - 1428
- Sultan Zainal Abidin pada tahun II 1428 - 1438
- Sultan Salahuddin pada tahun 1438 - 1462
- Sultan Ahmad II pada tahun 1462 - 1464
- Sultan Abu Zaid Ahmad III pada tahun 1464 - 1466
- Sultan Ahmad IV pada tahun 1466 - 1466
- Sultan Mahmud pada tahun 1466 - 1468
- Sultan Zainal Abidin III pada tahun 1468 - 1474
- Sultan Muhammad Syah II pada tahun 1474 - 1495
- Sultan Al-Kamil pada tahun 1495 - 1495
- Sultan Adlullah pada tahun 1495 - 1506
- Sultan Muhammad Syah III pada tahun 1506 - 1507
- Sultan Abdullah pada tahun 1507 - 1509
- Sultan Ahmad V pada tahun 1509 - 1514
- Sultan Zainal Abidin IV pada tahun 1514 - 1517
Kehidupan Ekonomi Samudera Pasai.
Kehidupan ekonomi masyarakat di Kerajaan Samudera Pasai ini bersumber dari perdagangan dan pelayaran. Hal tersebut disebabkan karena Kerajaan Samudera Pasai berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur utama pelayaran dunia saat ini. Samudera Pasai memanfaatkan Selat Malaka untuk menghubungkan berbagai pedagang yang berasal dari Arab, India dan China.
Selain itu Samudera Pasai juga menyiapkan beberapa bandar-bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan dalam berlayar selanjutnya, mengumpulkan berang dagangan untuk dijual ke luar negeri, mengurus masalah perkapalan dan menyimpan barang-barang perdagangan sebelum diantar ke beberapa tempat di wilayah nusantara.
Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Samudera Pasai.
Selain hanya berdagang, para pendatang juga ada yang menetap sementara waktu di daerah Pasai. Sehingga para pedagang dari berbagai negara pun saling bergaul dan juga menyebarkan berbagai budaya dari daerah mereka masing-masing. Dengan demikian budaya masyarakat Kerajaan Samudera Pasai semakin banyak dan banyak lahir karya-karya sastra disana yang bernuansa Islam
Corak arsitektur yang terdapat di Sumatera sendiri pun kebanyakan juga bernuansa Islam. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya pahatan-pahatan yang terdapat di batu nisan makam Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai.
selain itu banyak juga karya-karya sastra dan buku-buku Islam yang dikarang oleh para ilmuan-ilmuan Pasai. Contohnya seperti Hikayat Raja-raja Pasai, Sulalatus Shalatin dan masih banyak lagi.
Kehidupan ekonomi masyarakat di Kerajaan Samudera Pasai ini bersumber dari perdagangan dan pelayaran. Hal tersebut disebabkan karena Kerajaan Samudera Pasai berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur utama pelayaran dunia saat ini. Samudera Pasai memanfaatkan Selat Malaka untuk menghubungkan berbagai pedagang yang berasal dari Arab, India dan China.
Selain itu Samudera Pasai juga menyiapkan beberapa bandar-bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan dalam berlayar selanjutnya, mengumpulkan berang dagangan untuk dijual ke luar negeri, mengurus masalah perkapalan dan menyimpan barang-barang perdagangan sebelum diantar ke beberapa tempat di wilayah nusantara.
Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Samudera Pasai.
Selain hanya berdagang, para pendatang juga ada yang menetap sementara waktu di daerah Pasai. Sehingga para pedagang dari berbagai negara pun saling bergaul dan juga menyebarkan berbagai budaya dari daerah mereka masing-masing. Dengan demikian budaya masyarakat Kerajaan Samudera Pasai semakin banyak dan banyak lahir karya-karya sastra disana yang bernuansa Islam
Corak arsitektur yang terdapat di Sumatera sendiri pun kebanyakan juga bernuansa Islam. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya pahatan-pahatan yang terdapat di batu nisan makam Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai.
selain itu banyak juga karya-karya sastra dan buku-buku Islam yang dikarang oleh para ilmuan-ilmuan Pasai. Contohnya seperti Hikayat Raja-raja Pasai, Sulalatus Shalatin dan masih banyak lagi.
Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai.
Tercatat dalam sejarah bahwa Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi silam di daerah Selat Malaka. Banyak sekali pedagang dari luar daerah yang datang ke Samudera Pasai, diantaranya ada yang datang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, China serta daerah lainnya.
Setelah semakin kuat dengan pertahanannya, Samudera Pasai kemudian meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah pedalaman, seperti: Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dengan perluasan wilayah tersebut bertujuan Islamisasi di daerah pedalaman.
Pembahasan mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai berkaitan dengan silsilah raja yang pernah berkuasa dari awal sampai akhir. Raja Pertama Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al Saleh. Pada saat pemerintahannya, ia berhasil menggabungkan dua kota besar yaitu kota Samudra dan kota Pasai. Selain itu, sebagian besar masyarakat menganut agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1297, dan dimakamkan di pemakaman yang sudah dijelaskan diatas. Setelah wafat, Jabatan Kerajaan Samudra Pasai kemudian digantikan oleh Sultan Malik at Tahir yang merupakan salah satu anak dari Sultan Malik. Dalam kekuasaan-nya, ibu kota Kerajaan Samudra Pasai pernah di pindah ke wilayah Lhokseumawe.
Raja kedua yaitu Sultan Muhammad atau nama aslinya Sultan Malik at Tahir I. Dalam menjalankan kekuasaan perubahan yang diharapkan tidak banyak atau jalan ditempat. Kekuasaan Kemudian digantikan oleh Al Malik Az Tahir II. Nah pada masa ini Kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah, menurutnya armada dagang yang dimiliki samudra pasai sangat mumpuni dan kuat. Pada sekitar tahun 1521, bangsa Portugis memasuki wilayah perairan selat Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudra Pasai hingga tahun 1954. Kemudian beberapa tahun kemudian wilayah ini menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang memiliki pusat di Bandar Aceh Darussalam. Itulah sedikit rangkuman mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai.
Tercatat dalam sejarah bahwa Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi silam di daerah Selat Malaka. Banyak sekali pedagang dari luar daerah yang datang ke Samudera Pasai, diantaranya ada yang datang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, China serta daerah lainnya.
Setelah semakin kuat dengan pertahanannya, Samudera Pasai kemudian meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah pedalaman, seperti: Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dengan perluasan wilayah tersebut bertujuan Islamisasi di daerah pedalaman.
Pembahasan mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai berkaitan dengan silsilah raja yang pernah berkuasa dari awal sampai akhir. Raja Pertama Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al Saleh. Pada saat pemerintahannya, ia berhasil menggabungkan dua kota besar yaitu kota Samudra dan kota Pasai. Selain itu, sebagian besar masyarakat menganut agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1297, dan dimakamkan di pemakaman yang sudah dijelaskan diatas. Setelah wafat, Jabatan Kerajaan Samudra Pasai kemudian digantikan oleh Sultan Malik at Tahir yang merupakan salah satu anak dari Sultan Malik. Dalam kekuasaan-nya, ibu kota Kerajaan Samudra Pasai pernah di pindah ke wilayah Lhokseumawe.
Raja kedua yaitu Sultan Muhammad atau nama aslinya Sultan Malik at Tahir I. Dalam menjalankan kekuasaan perubahan yang diharapkan tidak banyak atau jalan ditempat. Kekuasaan Kemudian digantikan oleh Al Malik Az Tahir II. Nah pada masa ini Kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah, menurutnya armada dagang yang dimiliki samudra pasai sangat mumpuni dan kuat. Pada sekitar tahun 1521, bangsa Portugis memasuki wilayah perairan selat Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudra Pasai hingga tahun 1954. Kemudian beberapa tahun kemudian wilayah ini menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang memiliki pusat di Bandar Aceh Darussalam. Itulah sedikit rangkuman mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai.
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai.
Membahas tentang kejayaan Kerajaan Samudra Pasai dapat kita ketahui dari beberapa isi catatan sejarah yang ada. Dalam catatan Ibn Batutah, ia menjelaskan bahwa berhasil mendarat di tempat yang sangat subur. Kondisi perdagangan di daerah ini sangat maju, ditandai dengan digunakannya mata uang dari bahan emas. Daerah ini merupakan pusat ibu kota dari Kerajaan Samudra Pasai.
Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan Malik Tahir, kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan Internasional. Kondisi Pelabuhan dipenuhi dengan para pedagang dari berbagai penjuru dunia seperti Asia, Eropa, Cina bahkan Afrika. Kejayaan Samudra Pasai diperoleh dari hasil penggabungan beberapa kerajaan kecil di sekitar daerah tersebut.
Beliau memimpin kerajaan dalam kurun waktu 1297 sampai 1326 Masehi. Tercatat selama abad 13 sampai abad 16, kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai pelabuhan yang sangat sibuk. Saat itu, Samudra Pasai dapat mengekspor lada sekitar 8ribu sampai 10ribu bhara setiap tahunnya. Komoditas lain juga demikian seperti sutera, emas dan kapur barus yang mereka datang kan dari daerah pedalaman. Kemajuan juga ditandai dengan mata uang yang mereka gunakan sebagai alat pembayarannya.
Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan dagang dengan Pulau Jawa. Mereka melakukan tukar menukar hasil komoditas pertanian maupun perkebunan , seperti beras ditukar dengan lada. Selain sebagai pusat perdagangan seperti yang sudah dijelaskan di atas, Kerajaan Samudra Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam di Nusantara.
Tepatnya pada tahun 1383 sampai tahun 1405 Kerajaan Samudera Pasai mulai bangkit dibawah pimpinan Sultan Zain Al-Abidin Az-Zahir. Selain itu menurut catatan dari negeri China dalam bentuk kronik China Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir dikenal dengan nama cina Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Kemudian masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir berakhir dan saat itu kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Janda Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yaitu Sultanah Nahrasiyah, ia juga bisa disebut dengan raja perempuan pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
Dibawah kepemimpinan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai berada dimasa kejayaannya. Pada saat itu ia pernah didatangi seorang Laksamana Laut Cheng Ho. Armada Cheng Ho berkunjung berkali-kali ke Kerajaan Samudera Pasai antaranya tahun 1405, 1408 dan 1412.
Selain itu juga banyak terdapat kemajuan yang besar dalam berbagai bidang diantaranya:
Dibawah kepemimpinan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai berada dimasa kejayaannya. Pada saat itu ia pernah didatangi seorang Laksamana Laut Cheng Ho. Armada Cheng Ho berkunjung berkali-kali ke Kerajaan Samudera Pasai antaranya tahun 1405, 1408 dan 1412.
Selain itu juga banyak terdapat kemajuan yang besar dalam berbagai bidang diantaranya:
- Perdagangan
- Pelayaran
- Perekonomian
- Hubungan Internasional
- Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai ini menjadi runtuh karena disebabkan oleh beberapa faktor Internal dan Eksternal. Runtuhnya kerajaan tersebut berawal dengan adanya peperangan antar saudara di kerajaan tersebut. Dalam peperangan tersebut terjadi sebuah perebutan kekuasaan dan jabatan dalam kerajaan, hingga akhirnya peperangan tersebut tidak bisa dihindari.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1521 Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh bangsa Portugis. Dan saat itu menjadi sebab runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai dari faktor eksternal. Akan tetapi bibit-bibit kejayaan kerajaan tersebut masih ada tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai kerena menjadi bagian dari Kesultanan Aceh.
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai.
Dari beberapa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai tentunya pasti ada beberapa peninggalan yang paling berharga saat itu. Berikut beberapa peninggalan sejarah dari Kerajaan Samudera Pasai:
Lonceng Cakra Donya, lonceng tersebut terbuat dari besi yang berbentuk seperti stupa dan dibuat oleh China pada tahun 1409 M. Pada bagian lonceng terdapat beberapa ukiran aksara Arab dan China yang sangat indah. Lonceng tersebut diberikan oleh kaisar China ke raja Samudera Pasai pada waktu itu.
Lonceng Cakra Donya peninggalan kerajaan Samudera Pasai.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1521 Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh bangsa Portugis. Dan saat itu menjadi sebab runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai dari faktor eksternal. Akan tetapi bibit-bibit kejayaan kerajaan tersebut masih ada tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai kerena menjadi bagian dari Kesultanan Aceh.
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai.
Dari beberapa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai tentunya pasti ada beberapa peninggalan yang paling berharga saat itu. Berikut beberapa peninggalan sejarah dari Kerajaan Samudera Pasai:
Lonceng Cakra Donya, lonceng tersebut terbuat dari besi yang berbentuk seperti stupa dan dibuat oleh China pada tahun 1409 M. Pada bagian lonceng terdapat beberapa ukiran aksara Arab dan China yang sangat indah. Lonceng tersebut diberikan oleh kaisar China ke raja Samudera Pasai pada waktu itu.
Lonceng Cakra Donya peninggalan kerajaan Samudera Pasai.
Koin Dirham, koin ini digunakan sebagai mata uang Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu koin tersebut juga terbuat dari beberapa campuran antara emas, perak dan tembaga. Disalah satu dari koin tersebut terdapat aksara Arab yang bertuliskan Muhammad Malik Az-Zahir dan di sisi lainnya bertuliskan Al-Sultan Al-Adil.
Koin Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai.
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin, surat ini ditulis oleh Sultan Zainal Abidin dan diberikan kepada Kapten Moran sebelum ia meninggal. Surat tersebut ditulis pada tahun 1518 M dengan menggunakan aksara Arab. Naskah surat tersebut berisi tentang keadaan Samudera Pasai pada abad ke 16 M, tepatnya saat Portugis berhasil menguasai Malaka pada tahun 1511 M.
Surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin.
Surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin.
Makam Raja Pasai, para raja-raja Kerajaan Pasai juga termasuk dalam salah satu peninggalan yang paling bersejarah. Untuk saat ini makam tersebut dijadikan sebagai tempat wisata religi. Makam tersebut terletak disekitar komplek makam raja Samudera Pasai, di desa Beuringin, kecamatan Samudera.
Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai.
Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai.
Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai ini diakibatkan beberapa pengaruh internal dan eksternal. Internal kerajaan sebelum masa keruntuhan sering terlibat pertikaian antar keluarga kerajaan. Perebutan kekuasaan dan jabatan kerap terjadi. Perang Saudara dan pemberontakan tidak bisa dihindari. Bahkan Raja saat itu meminta bantuan kepada Raja Melaka untuk meredam pemberontakan. Namun tidak urung terjadi karena pada tahun 1511 Kerajaan Melaka jatuh ketangan Portugal. Sepuluh tahun kemudia tepatnya 1521 Portugal menyerang Kerajaan Samudera Pasai dan runtuhlah kerajaan itu. Tetapi bibit kerajaan masih ada sehingga tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai menjadi bagian dari Kesultanan Aceh.
Runtuhnya kerajaan Samudra Pasai disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
- Karena serangan dari Gajah Mada / patih Kerajaan Majapahit pada tahun 1339, serangan tersebut merupakan sebuah langkah yang dilakukan dengan tujuan menyatukan Nusantara, tetapi akhirnya gagal.
- Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Tahir.
- Berdirinya Bandar di Selat Malaka yang lokasi dan letaknya lebih vital dan strategis
- Adanya serangan dari bangsa Portugis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar