Shalat dhuha ialah shalat sunnah yang dilakukan orang Islam pada waktu ketika matahari dalam posisi sedang naik, kurang lebih tujuh hasta sejak terbitnya matahari (kisaran jam tujuh pagi) hingga sampai pada waktu shalat dzuhur. (tergantung letak geografis dimana kita berada)
Pelaksanaan shalat dhuha ini, minimal adalah dua rekaat, boleh juga dikerjakan empat, enam atau delapan rekaat. Adapun untuk melaksanakannya adalah sama seperti dengan shalat sunnah pada umumnya.
Dalam hadits dijelaskan, bahwa shalat dhuha ini juga mempunyai sebutan lain yakni shalat awwaab atau awwaabiin yakni shalatnya orang-orang yang taat atau tunduk. Disebut demikian karena permulaan waktu shalat yang dijelaskan dengan istilah bangkitnya anak-anak unta karena panasnya terik matahari di pagi hari.
Pelaksanaan shalat dhuha ini, minimal adalah dua rekaat, boleh juga dikerjakan empat, enam atau delapan rekaat. Adapun untuk melaksanakannya adalah sama seperti dengan shalat sunnah pada umumnya.
Dalam hadits dijelaskan, bahwa shalat dhuha ini juga mempunyai sebutan lain yakni shalat awwaab atau awwaabiin yakni shalatnya orang-orang yang taat atau tunduk. Disebut demikian karena permulaan waktu shalat yang dijelaskan dengan istilah bangkitnya anak-anak unta karena panasnya terik matahari di pagi hari.
Diriwayatkan oleh Zaid bin Arqam ra. berikut ini:
خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَهْلِ قُبَاءَ وَهُمْ يُصَلُّونَ، فَقَالَ: «صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ إِذَا رَمِضَتِ الْفِصَالُ» (رواه مسلم)
Artinya:
Rasulullah saw. keluar menuju ahli Quba dan mereka sedang melaksanakan shalat, lalu Beliau bersabda : “ Shalat awwaabin (orang-orang yang sama kembalinya pada Allah) yakni di waktu anak-anak unta telah bangkit karena kepanasan di waktu dhuha. (HR. Muslim)
Rasulullah saw. keluar menuju ahli Quba dan mereka sedang melaksanakan shalat, lalu Beliau bersabda : “ Shalat awwaabin (orang-orang yang sama kembalinya pada Allah) yakni di waktu anak-anak unta telah bangkit karena kepanasan di waktu dhuha. (HR. Muslim)
Berkah Rutin Shalat Dhuha Setiap Hari, Pengusaha Ini Panen Rezeki
Sebuah kisah hikmah terjadi pada seorang pengusaha asal Jawa Timur. Sebut saja namanya Pak Adi. Penjual nasi goreng keliling ini memang terkenal giat dalam bekerja. Dia dan istrinya, Bu Nur mulai berjualan sejak Ba’da Isya sampai dagangannya habis, terkadang sampai pukul 1 pagi.
Sebagaimana pengusaha yang masih merintis kecil-kecilan, Pa Adi pun sempat mengalami jatuh-bangun dalam mempertahankan jualannya tersebut. Pernah ia ditipu orang sampai hampir bangkrut dan kadang tak berjualan karena sakit saat tubuhnya berontak karena terlalu sering terkena angin malam. Tapi Pak Adi tak menyerah. Alasannya adalah kedua anaknya.
“Si sulung dan adiknya harus tetap sekolah, “ begitu katanya.
Meski sedikit, untuk menambah keberkahan rezekinya, kata Pa Adi, ia sering mengamalkan apa yang menjadi pesan sang almarumah ibundanya yang meminta ia istiqomah menunaikan ibadah Sholat Dhuha setiap pagi tanpa terlewat sehari pun, dengan dibarengi ibadah wajib.
“Tak peduli seberapa sibuknya hari itu, jangan sampai lupa tunaikan minimal dua rakaat saja. Waktu Dhuha adalah perisai hidup yang berkah ajaran Rasul kita, “tutur kata Pa Adi menirukan pesan hikmah dari mendiang ibunda.
Tiga tahun sudah sang ibunda menghadap Allah SWT., Pa Adi pun terus melaksanakkan wejangan tersebut. Tak dinyana, satu persatu utangnya lunas. Kini ia bisa memiliki gerobak nasi goreng sendiri. Setiap malam sabtu dan malam minggu, di daerah tempat ia keliling berjualan selalu ramai dengan muda-mudi dan orang-orang yang menikmati liburan, sehingga banyak yang membeli nasi gorengnya. Tak jarang ia pun mendapat pujian dari pelanggannya.
“Wah Pa Adi sering-sering ya jualannnya lewat jalan ini. Saya doain deh semoga bisa bikin restoran dan punya banyak cabang. Nasi goreng-nya enak banget, gak kayak nasi goreng gerobak biasanya, “ celetuk salah satu pembeli.
Pa Adi hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih dan tentu, katanya, meng-aamiin-kan dalam hati.
Enam bulan kemudian dia berhasil menabung dan mulai menambah bisnis jualannya ke bubur ayam. Katanya, untuk mengisi waktu luang di pagi hari. Karena ia baru sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk berjualan nasi goreng malam adalah saat siang atau sore. Untuk itu, selain ingin menambah penghasilan, ia juga ingin mengisi waktu paginya agar lebih berkah daripada dipakai tidur saja.
Tapi, tak lupa ia pun terus menunaikan Shalat Dhuha. Setiap pagi. Tanpa terkecuali.
Sunggu Allah Maha Mendengar dan Maha Pemberi Rezeki, berkah shalat Dhuhanya, Pa Adi mendapatkan rezeki berlimpah. Keuntungan dari jualan bubur ayam di pagi hari dan jualan nasi goreng di malam hari cukup untuk dia memboyong keluarganya untuk mengembangkan bisnis di Jakarta. Ditambah, ia juga jadi bisa membayar uang kuliah sang anak sulung di Jakarta.
Saat ini, beberapa tahun menetap di Jakarta. Bertemu rekannya yang lain, banyak belajar dari siapa saja dan memanfaatkan peluang yang ada, Pa Adi pun telah mempunyai restoran nasi goreng di Jakarta yang sudah memiliki cabang di beberapa daerah sekitar Jabodetabek.
Tak henti ia merasa begitu bersyukur atas karunia yang Allah berikan. Katanya, Allah mengabulkan doanya setiap Shalat Dhuha.
“Saat itu saya tak ada uang. Jualan nasi goreng belum kelihatan untungnya. Dalam Sholat Dhuha saya berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah berkahilah hidup saya dan keluarga saya. Cukupkanlah kami agar kami juga bisa membantu orang lain’, “ kata Pa Adi yang kini juga menjadi donatur tetap sebuah sekolah Islam milik lembaga amil zakat nasional. (fau/foto ilustrasi: bahrulmaghfiroh)
Baginda Rasulullah SAW bersabda;
Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya”. Lalu para sahabat bertanya; “Ya Rasulullah saw siapa yang sanggup melakukannya?”. Rasulullah saw menjelaskan “membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan segala sesuatu (yang dapat merugikan orang lain) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka shalat dhuha dua rakaat , dapat menggantinya.
(HR. Ahmad bin Hambal dan Abu Daud).
Sebuah kisah hikmah terjadi pada seorang pengusaha asal Jawa Timur. Sebut saja namanya Pak Adi. Penjual nasi goreng keliling ini memang terkenal giat dalam bekerja. Dia dan istrinya, Bu Nur mulai berjualan sejak Ba’da Isya sampai dagangannya habis, terkadang sampai pukul 1 pagi.
Sebagaimana pengusaha yang masih merintis kecil-kecilan, Pa Adi pun sempat mengalami jatuh-bangun dalam mempertahankan jualannya tersebut. Pernah ia ditipu orang sampai hampir bangkrut dan kadang tak berjualan karena sakit saat tubuhnya berontak karena terlalu sering terkena angin malam. Tapi Pak Adi tak menyerah. Alasannya adalah kedua anaknya.
“Si sulung dan adiknya harus tetap sekolah, “ begitu katanya.
Meski sedikit, untuk menambah keberkahan rezekinya, kata Pa Adi, ia sering mengamalkan apa yang menjadi pesan sang almarumah ibundanya yang meminta ia istiqomah menunaikan ibadah Sholat Dhuha setiap pagi tanpa terlewat sehari pun, dengan dibarengi ibadah wajib.
“Tak peduli seberapa sibuknya hari itu, jangan sampai lupa tunaikan minimal dua rakaat saja. Waktu Dhuha adalah perisai hidup yang berkah ajaran Rasul kita, “tutur kata Pa Adi menirukan pesan hikmah dari mendiang ibunda.
Tiga tahun sudah sang ibunda menghadap Allah SWT., Pa Adi pun terus melaksanakkan wejangan tersebut. Tak dinyana, satu persatu utangnya lunas. Kini ia bisa memiliki gerobak nasi goreng sendiri. Setiap malam sabtu dan malam minggu, di daerah tempat ia keliling berjualan selalu ramai dengan muda-mudi dan orang-orang yang menikmati liburan, sehingga banyak yang membeli nasi gorengnya. Tak jarang ia pun mendapat pujian dari pelanggannya.
“Wah Pa Adi sering-sering ya jualannnya lewat jalan ini. Saya doain deh semoga bisa bikin restoran dan punya banyak cabang. Nasi goreng-nya enak banget, gak kayak nasi goreng gerobak biasanya, “ celetuk salah satu pembeli.
Pa Adi hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih dan tentu, katanya, meng-aamiin-kan dalam hati.
Enam bulan kemudian dia berhasil menabung dan mulai menambah bisnis jualannya ke bubur ayam. Katanya, untuk mengisi waktu luang di pagi hari. Karena ia baru sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk berjualan nasi goreng malam adalah saat siang atau sore. Untuk itu, selain ingin menambah penghasilan, ia juga ingin mengisi waktu paginya agar lebih berkah daripada dipakai tidur saja.
Tapi, tak lupa ia pun terus menunaikan Shalat Dhuha. Setiap pagi. Tanpa terkecuali.
Sunggu Allah Maha Mendengar dan Maha Pemberi Rezeki, berkah shalat Dhuhanya, Pa Adi mendapatkan rezeki berlimpah. Keuntungan dari jualan bubur ayam di pagi hari dan jualan nasi goreng di malam hari cukup untuk dia memboyong keluarganya untuk mengembangkan bisnis di Jakarta. Ditambah, ia juga jadi bisa membayar uang kuliah sang anak sulung di Jakarta.
Saat ini, beberapa tahun menetap di Jakarta. Bertemu rekannya yang lain, banyak belajar dari siapa saja dan memanfaatkan peluang yang ada, Pa Adi pun telah mempunyai restoran nasi goreng di Jakarta yang sudah memiliki cabang di beberapa daerah sekitar Jabodetabek.
Tak henti ia merasa begitu bersyukur atas karunia yang Allah berikan. Katanya, Allah mengabulkan doanya setiap Shalat Dhuha.
“Saat itu saya tak ada uang. Jualan nasi goreng belum kelihatan untungnya. Dalam Sholat Dhuha saya berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah berkahilah hidup saya dan keluarga saya. Cukupkanlah kami agar kami juga bisa membantu orang lain’, “ kata Pa Adi yang kini juga menjadi donatur tetap sebuah sekolah Islam milik lembaga amil zakat nasional. (fau/foto ilustrasi: bahrulmaghfiroh)
Baginda Rasulullah SAW bersabda;
Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya”. Lalu para sahabat bertanya; “Ya Rasulullah saw siapa yang sanggup melakukannya?”. Rasulullah saw menjelaskan “membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan segala sesuatu (yang dapat merugikan orang lain) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka shalat dhuha dua rakaat , dapat menggantinya.
(HR. Ahmad bin Hambal dan Abu Daud).
Kisah pengusaha fenomenal yang ternyata juga merutinkan dhuha
Mungkin sebagian dari kamu nggak asing dengan “Ayam Bakar Mas Mono”, bisnis kuliner yang sudah memiliki banyak cabang itu dimiliki oleh pria bernama Mono. Selain pebisnis, ia juga sering diundang sebagai pembicara di seminar entrepreneurship.
Di balik kesuksesannya sebagai pengusaha, pemilik nama lengkap Agus Pramono ini juga telah lama merutinkan dhuha. Dan hebatnya lagi, mas Mono memiliki prinsip jika bisnisnya bukan cari untung, tapi cari berkah. Berbekal ketakwaan dan rutinnya shalat dhuha, bisnis pria 42 tahun ini selalu berkembang pesat dari hari ke hari.
Di balik kesuksesannya sebagai pengusaha, pemilik nama lengkap Agus Pramono ini juga telah lama merutinkan dhuha. Dan hebatnya lagi, mas Mono memiliki prinsip jika bisnisnya bukan cari untung, tapi cari berkah. Berbekal ketakwaan dan rutinnya shalat dhuha, bisnis pria 42 tahun ini selalu berkembang pesat dari hari ke hari.
Di balik kekayaan Sandiaga Uno, ada shalat dhuha yang nggak pernah ditinggalkan
Siapa yang nggak kenal Sandiaga Uno? Pria kelahiran 28 Juni 1969 ini nggak cuma dikenal sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, namun kekayaan dan tampangnya yang sangat handsome. Sosok Sandi memang cukup fenomenal di dunia bisnis.
Di usianya yang terbilang cukup muda, ia sudah dinobatkan sebagai orang kaya nomer 29 di Indonesia. Sandi ketika ditanya soal rahasia suksesnya, ia dengan mudah menceritakan bahwa sudah 8 tahun ia merutinkan dhuha. Meski sunnah, namun sudah dianggap wajib, karena hikmahnya yang sangat luar biasa. Selama ini, Sandi mengaku tak pernah mencari rezeki, semua seolah diantar sendiri.
Di usianya yang terbilang cukup muda, ia sudah dinobatkan sebagai orang kaya nomer 29 di Indonesia. Sandi ketika ditanya soal rahasia suksesnya, ia dengan mudah menceritakan bahwa sudah 8 tahun ia merutinkan dhuha. Meski sunnah, namun sudah dianggap wajib, karena hikmahnya yang sangat luar biasa. Selama ini, Sandi mengaku tak pernah mencari rezeki, semua seolah diantar sendiri.
Shalat dhuha, jalan terkabulnya semua impian
Kisah ini datang dari Riselda Jandi Gunawan dua tahun lalu. Saat itu, gadis 20 tahun ini masih duduk di bangku SMA. Semula, Riselda mengaku jika kurang percaya jika dhuha memberikan dampak yang sangat luar biasa. Namun, salah seorang temannya menyarankan agar Riselda tetap rutin menjalankannya. Hingga akhirnya, tiap hari gadis remaja tersebut menyempatkan diri berdhuha di mushala sekolahnya.
Usai shalat, Riselda mengungkapkan impiannya mendapat peringkat pertama di semua angkatan di sekolahnya. Dan ternyata, tak lama kemudian impiannya tercapai. Padahal sebelumnya remaja ini hanya meraih peringkat 1 di kelasnya, namun setelah rutin dhuha, ia berhasil menjadi juara 1 paralel. Padahal, menurutnya usaha belajar yang ia lakukan sangat wajar, dan sama dari sebelum-sebelumnya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, jika ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf, silahkan tinggalkan komentar dengan sifatnya membangun menjadi lebih baik. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar