Setelah berikhtiar dan berdoa maka tahap selanjutnya adalah tawakal. Apabila kita telah berkerja keras (ikhtiar) dan kemudian berdoa, maka yang kita lakukan selanjutnya adalah bertawakal kepada Allah swt untuk mendapatkan hasil dari jerih payah yang kita lakukan.
Pengertian Tawakal.
Tawakal (Arab: توكُل) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Dasar pengertian tawakal diambil dari peristiwa yang terjadi pada zaman rasulullah saw : Pada suatu hari datang seorang sahabat ke kediaman rasulullah dengan mengendarai unta. Sesampainya di depan rumah beliau, (ada peristiwa ganjil menurut pandangan rasulullah) sehingga beliau berkata; “Kenapa unta kalian tidak ditambatkan?” Ia menjawab; “Tidak ya rasulullah, karena saya telah bertawakal.” Kemudian rasulullah berkata; “Tambatkan dulu unta kalian, baru bertawakal!”. Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah dijalankan.
Pengertian Tawakkal menurut para Imam.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (terpercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Pemahaman tentang Tawakal.
Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini mempunyai pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, sekalipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.
Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya -- menurut ajaran Islam -- ialah menyerah diri kepada Allah swt setelah berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakal itu terkait erat dengan ikhtiar atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada tawakal tanpa ikhtiar.
Orang-orang yang memiliki sifat tawakal ini akan selalu bisa bersyukur jika mendapat keberhasilan atau kebahagiaan dalam hidupnya ataupun dalam usahanya. Ini dikarenakan dia sadar bahwa segala keberhasilannya adalah atas kehendak dan rahmat dari allah swt.
Dan jika sedang mengalami kegagalan maka orang yang tawakal akan selalu ikhlas dalam menerima keadaan gagalnya tersebut tanpa berlarut-larut dalam kesedihan dan merasa putus asa. karena orang yang tawakal menyadari bahwa setiap keputusan dari allah merupakan keputusan yang terbaik.
Sikap tawakal ini harus ada dan ditanamkan pada setiap diri umat muslim. karena sifat tawakal ini memiliki banyak sekali keuntungan bagi diri kita agar terhindar dari sikap cepat putus asa dan sebagainya.
Contoh bertawakkal.
Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakkal."
Contoh lainnya adalah misal saat akan menghadapi ujian sekolah, sebelum
bertawakal kepada allah maka kita harus bekerja keras atau berusaha dulu
untuk menghafal agar mendapat nilai ujian yang bagus.Apabila kita sudah
menghafal, maka hasilnya kita serahkan kepada allah swt.
Manfaat Tawakkal.
Manfaat Tawakkal.
Dan berikut ini adalah beberapa keuntungan atau manfaat yang bisa di dapat dari memiliki sifat tawakal :
- Selalu merasa percaya diri
- Memiliki rasa berani dalam menghadapi masalah apapun
- Merasakan ketenangan dan ketentraman jiwa
- Selalu bersyukur atas apa yang allah swt berikan
- Selalu berbakti kepada allah swt
- Memiliki sifat optimis dan tangguh
Tawakal atau berserah diri kepada allah swt pun harus disertai dengan usaha atau ikhtiar. kerja keras, usaha dan doa adalah komponen-komponen penting dalam mendapatkan kesuksesan. Oleh karena itu sebagai seorang muslim kita harus memiliki sifat optimis dan berani dalam hal apapun, karena kita harus percaya bahwa Allah swt selalu menyiapkan rencana terbaik bagi umatnya. Dan itulah pengertian tawakal dan contohnya, tawakal adalah berserah diri kepada allah. namun sebelum bertawakal kita harus berusaha dulu.seperti yang telah disebutkan oleh hadist di atas.
Firman Allah dan Hadist tentang Tawakkal.
Hal ini berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi :
Firman Allah dan Hadist tentang Tawakkal.
Hal ini berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi :
“Artinya : Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. [Ath-Thalaq : 3]
Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi’ bin Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. [Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311]
Ibnul Qayyim berkata : Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa’at. [Taisirul Azizil Hamidh hal. 503]
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya, dan sungguh Allah telah banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran untuk orang-orang yang bertawakal kepada Allah, antara lain.
Firman Allah.
“Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”. [Ath-Thalaq : 2]
“Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya”. [Ath-Thalaq : 5]
“Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. [Ath-Thalaq : 4).
“Artinya : Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu ; Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. [An-Nisa’ : 69]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar