Imitasi, Pengertian dan Contoh dari Imitasi. | Berbagai Reviews

Kumpulan Artikel Pendidikan Pengetahuan dan Wawasan Dunia

21 Februari 2017

Imitasi, Pengertian dan Contoh dari Imitasi.

| 21 Februari 2017
Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.


berbagaireviews.com

Pengertian Imitasi.

Imitasi merupakan proses interaksi sosial seseorang atau sekelompok orang yang meniru atau mengikuti perilaku orang lain atau kelompok lain. Imitasi adalah suatu proses yang terjadi dengan cara mencontoh, meniru, atau mengikuti perilaku orang lain. Proses belajar dengan imitasi (meniru) , ada yang memiliki sifat positif tetapi ada pula yang sifatnya negatif.

Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain.

Kajian psikologi.

Imitasi harus dibedakan dengan peniruan gerakan yang sama saja (mimikri) maupun peniruan tujuan (emulasi), namun pada proses imitasi manusia melakukan prinsip peniruan suatu aksi dengan memahami tujuan aksi dan diarahkan oleh pencapaian target tujuan (goal). Imitasi sering dikaitkan pula dengan teori belajar sosial dari Albert Bandura. Selain itu dengan imitasi, dikatakan bahwa anak membentuk teory pemikirannya (Theory of Mind) melalui imitasi terhadap aksi orang lain maupun persepsi terhadap rangsang yang diterima dari lingkungannya.

Kajian neurosains.

Ditemukannya mirror neuron system atau sistem saraf cermin pada monyet jenis macaque yang dipublikasikan pada tahun 1996 oleh Giacomo Rizzolati dari Universitas Parma Italy[6] memberikan bukti neurologis bahwa imitasi penting. Sistem saraf cermin adalah saraf binatang dan manusia yang menyala saat melakukan suatu aksi maupun menyaksikan aksi yang sama dilakukan oleh binatang atau manusia lain.
Sistem saraf cermin (SSC) terletak pada bagian precortex otak. SSC ini membantu untuk memahami tindakan yang dilakukan oleh orang lain, sehingga memungkinkan untuk diimitasi.

Dampak dari Imitasi.

Faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk berperilaku positif, yaitu mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Di sisi lain, imitasi dapat mengakibatkan terjadinya hal-hal negaif. Hal-hal yang ditiru berupa hal-hal yang menyimpang dari nilai-niai moral dan nilai etika yang ada di dalam masyarakat.

Berbagai Contoh Imitasi.
  • Tindakan imitasi yang menghasilkan perilaku negatif adalah perilaku seorang anak yang meniru adegan-adegan kekerasan yang ditayangkan dalam suatu acara kartun di Televisi. Inilah yang menyebabkan acara Tom & Jerry   dianggap tidak memberikan pendidikan kepada anak dan tidak bermanfaat karena penuh dengan adegan jahil dan sedikit berbau kekerasan.

  • Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang kehidupan sehari-hari berbicara dengan lemah lembut, maka anak itu akan terbiasa dengan lemah lembut karena meniru cara berbicara orang-orang yang ada di dalam keluarganya. Sebaliknya, bila berbicara dalam keluarga yang keras, anak nantinya akan berbicara dengan keras pula. Anak-anak yang terlahir di Solo cenderung berbicara dengan lambat dan lemah lembut dibandingkan anak-anak yang terlahir di wilayah Indonesia Timur yang mayoritas adalah nelayan yang butuh suara keras dalam berkomunikasi di lautan. Bila dalam sebuah keluarga semua anggotanya adalah perokok, kemungkinan anak-anaknya menjadi perokok juga besar karena meniru anggota-anggota keluarganya yang perokok.

      Teman sepergaulan seorang anak berpengaruh besar pada tindakan atau sikap seorang anak. Bila bergaul dengan anak-anak nakal, maka anak tersebut kemungkinan besar ikut nakal karena mengikuti perilaku dan sikap kawan-kawannya. Sedangkan bila berteman dengan teman-teman yang baik, maka kemungkinan besar anak tersebut juga memiliki sikap yang baik.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar