Sahabat berbagai Reviews, Negara Indonesia, sebagai negara kepulauan yang terletak di persimpangan berbagai budaya, memiliki sejarah panjang akulturasi budaya yang telah membentuk identitasnya yang unik. Salah satu contoh akulturasi yang paling mencolok di Indonesia adalah dalam bidang makanan.
Contoh akulturasi yang paling terkenal adalah nasi goreng, sebuah hidangan yang menggabungkan unsur-unsur Tionghoa dengan cita rasa Indonesia yang khas. Namun, makanan bukan satu-satunya bidang di mana contoh akulturasi dapat ditemukan.
Selain itu, terdapat banyak contoh akulturasi lainnya yang bisa kita temui sehari-hari, contoh akulturasi ini adalah cerminan dari sejarah panjang interaksi budaya yang telah membentuk identitas Indonesia yang unik dan beragam.
Dengan adanya akulturasi budaya tentu akan terjadi di hampir semua wilayah yang ada di dunia ini. Dimana akulturasi budaya menjadi sebuah penyeimbang kehidupan yang absurd, tapi sebenarnya sangat sistematis. Salah satunya yaitu lingkungan dan juga budaya masyarakat Indonesia yang majemuk ini. Ada banyak sekali akulturasi budaya yang terjadi secara alami. Bentuk-bentuk akulturasi budaya itulah yang kemudian mendorong interaksi, kebiasaan adat, dan juga keyakinan yang berbudaya. Pada artikel kali ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu akulturasi budaya dan faktor penyebabnya.
Pengertian Akulturasi
Secara bahasa, akulturasi adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin yaitu “acculturate” yang artinya berkembang dan tumbuh bersama. Akulturasi bisa disebut sebagai usaha untuk berkembang dan tumbuh bersama-sama. Berawal dari perubahan individu, lalu bergerak mempengaruhi suatu kelompok.
Akulturasi adalah proses interaksi antara dua atau lebih kelompok budaya yang berbeda, di mana mereka saling memengaruhi satu sama lain dan mengadopsi unsur-unsur budaya satu sama lain. Proses ini terjadi ketika kelompok budaya yang berbeda bertemu, berinteraksi, dan mulai menggabungkan unsur-unsur budaya mereka, seperti bahasa, adat istiadat, kepercayaan, makanan, seni, dan nilai-nilai.
Akulturasi budaya ini terjadi antara dua budaya yang berbeda, kemudian bertemu dan menyatu menjadi serasi dan damai. Perpaduan dua kebudayaan tersebut yang bisa melahirkan budaya baru. Walaupun terjadi akulturasi dua budaya yang berbeda, namun hal itu tidak akan menyebabkan unsur-unsur budaya lama menjadi hilang. Unsur kebudayaan asli atau unsur yang lama tersebut akan tetap ada, jadi kita tidak perlu khawatir jika terjadi akulturasi budaya. Umumnya, akulturasi budaya tersebut terjadi antara masyarakat ataupun penduduk asli dengan pendatang yang berasal dari daerah lain.
Dalam akulturasi, ada beberapa kemungkinan hasil. Beberapa elemen budaya dapat diadopsi dan disesuaikan dengan cara budaya lain, sementara yang lain mungkin tidak diadopsi atau diadopsi hanya sebagian. Akulturasi bisa menjadi proses timbal balik di mana kedua kelompok budaya saling memengaruhi satu sama lain, atau salah satu kelompok bisa mendominasi dalam proses pengadopsian budaya.
Akulturasi sering terjadi dalam situasi di mana kelompok budaya yang berbeda tinggal berdampingan, berinteraksi perdagangan, kolonisasi, migrasi, atau melalui media massa modern. Ini adalah fenomena yang umum terjadi di dunia yang semakin terhubung dan global.
Proses Akulturasi
Akulturasi sendiri terjadi karena adanya percampuran budaya asing dengan budaya sendiri. Beberapa bidang yang cukup sering mengalami akulturasi adalah kuliner, gaya berbusana, arsitektur, dan lain sebagainya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses akulturasi terjadi sangat pelan atau lambat. Dimana akulturasi tersebut memerlukan waktu yang cukup lama yakni sampai bertahun-tahun agar bisa menghasilkan budaya baru di masyarakat. Seperti yang kita pahami jika proses akulturasi tidak dapat dilepaskan dari budaya asing ataupun budaya dari luar masyarakat.
Budaya asing yang masuk ke dalam lingkungan masyarakat tidak dapat langsung diterima. Faktor masyarakat masih sangat berpengaruh terhadap penerimaan ataupun penolakan masyarakat pada sebuah kebudayaan di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, tidak semua percampuran budaya bisa menjadi perubahan sosial. Hal inilah yang membuat proses akulturasi membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama.
Jenis - Jenis Akulturasi
Akulturasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk, tergantung pada dinamika dan karakteristik interaksi antara kelompok budaya yang berbeda. Berikut adalah beberapa jenis akulturasi yang umum:
Akulturasi Asimilasi: Ini adalah bentuk akulturasi di mana satu kelompok budaya menyerap dan mengadopsi budaya kelompok lain sepenuhnya, sehingga identitas budaya asal mereka hampir sepenuhnya hilang. Proses ini sering kali menghasilkan dominasi budaya satu kelompok terhadap kelompok lain.
Akulturasi Integrasi: Dalam integrasi, kedua kelompok budaya mempertahankan identitas budaya mereka, tetapi juga menggabungkan unsur-unsur budaya satu sama lain. Ini sering menghasilkan penciptaan budaya campuran yang unik dan beragam.
Akulturasi Marginalisasi: Marginalisasi terjadi ketika satu kelompok budaya dikecilkan atau diabaikan dalam proses akulturasi, sehingga mereka merasa terpinggirkan atau tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan budaya mereka. Ini bisa berdampak negatif pada identitas budaya kelompok tersebut.
Akulturasi Segregasi: Segregasi adalah bentuk akulturasi di mana kelompok budaya yang berbeda tetap hidup berdampingan, tetapi dengan sedikit atau tanpa kontak atau interaksi. Ini dapat menghasilkan pemisahan budaya yang kuat antara kelompok-kelompok tersebut.
Akulturasi Partisipatif: Dalam akulturasi partisipatif, kelompok budaya yang berbeda secara aktif berpartisipasi dalam proses akulturasi dan berusaha untuk memahami dan menghargai budaya satu sama lain. Ini dapat menghasilkan interaksi positif dan harmoni antara kelompok-kelompok tersebut.
Akulturasi Resistensi: Dalam kasus ini, satu kelompok budaya menolak untuk mengadopsi unsur-unsur budaya dari kelompok lain dan berusaha mempertahankan budaya mereka dengan kuat. Ini bisa menghasilkan konflik budaya.
Akulturasi Kulturalisme: Ini adalah bentuk akulturasi di mana kedua kelompok budaya saling menghormati dan menghargai budaya satu sama lain tanpa mengadopsi unsur-unsur budaya satu sama lain secara besar-besaran. Ini dapat menghasilkan kerjasama dan pemahaman lintas budaya yang positif.
Penting untuk dicatat bahwa bentuk akulturasi tidak selalu tegas terpisah, dan seringkali berlangsung dalam kombinasi beberapa bentuk seiring berjalannya waktu. Akulturasi adalah fenomena yang kompleks dan dapat bervariasi dalam tingkat dan jenis pengaruh budaya yang terjadi antara kelompok-kelompok yang berinteraksi.
Faktor Pendorong Akulturasi Budaya
Akulturasi budaya dapat terjadi secara perlahan dan memerlukan waktu yang cukup lama. Terdapat beberapa faktor yang bisa menjadi pendorong akulturasi tersebut. Di bawah ini adalah beberapa faktor yang mendukung terjadinya proses akulturasi budaya, antara lain:
1. Pendidikan yang Maju
Salah satu faktor utama yang menjadi pendorong adanya akulturasi budaya yakni pendidikan yang maju. Pendidikan bisa membuka wawasan masyarakat mengenai budaya di luar kebudayaan mereka pada saat ini. Pengenalan kepada budaya asing akan berdampak pada imajinasi memajukan peradaban untuk menjadi lebih kuat lagi dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju. Tak hanya itu saja, pendidikan juga bisa menjadikan masyarakat lebih paham terkait dampak sosial dari budaya yang datang dari luar ataupun budaya yang telah ada di masyarakat.
2. Sikap dan Perilaku Saling Menghargai Budaya
Dalam upaya menciptakan suatu hubungan yang baik dengan budaya lain, masyarakat harus mempunyai sikap dan juga perilaku saling menghargai antar budaya. Sikap serta perilaku menghargai budaya ini menjadi tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya akulturasi budaya. Masyarakat yang tidak mempunyai hal tersebut akan sulit dipengaruhi budaya yang berasal dari luar. Hal tersebut bisa mengakibatkan rasa benci dan tidak suka antar budaya. Sehingga tidak akan ada akulturasi budaya.
3. Toleransi Terhadap Budaya Lain
Semua orang tentu dilahirkan dari sebuah latar belakang budaya yang berbeda-beda. Di tengah kondisi tersebut, toleransi budaya mempunyai peran yang cukup penting dalam melahirkan akulturasi budaya. Dimana sikap toleransi membuat pertemuan dan percampuran budaya menjadi semakin mudah. Hal tersebut terjadi karena toleransi bisa menciptakan masyarakat menjadi lebih terbuka, tanpa adanya ketakutan akan kehilangan ciri khas dari budaya mereka sendiri.
4. Adanya Masyarakat Heterogen
Faktor pendorong akulturasi budaya yang tergolong cukup cepat adalah masyarakat yang heterogen. Dimana masyarakat bisa mempertemukan budaya yang berbeda-beda. Hal tersebut akan mempermudah individu yang satu dengan individu lainnya untuk sama-sama belajar berbagai macam budaya.
5. Berorientasi ke Masa Depan
Masa depan memang salah satu hal yang pasti akan dihadapi oleh semua orang. Oleh sebab itu, masyarakat yang mempunyai orientasi masa depan akan lebih terbiasa dengan berbagai rencana dan kesiapan. Sehingga hal itu bisa mendorong masyarakat untuk selalu terbuka dengan adanya perkembangan zaman ataupun budaya di luar mereka.
Faktor Penghambat Akulturasi
Berikut ini adalah beberapa faktor penghambat akulturasi di suatu wilayah, antara lain:
1. Ilmu Pengetahuan yang Bergerak Lambat
Ilmu pengetahuan yang bergerak dengan lambat akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Dimana ilmu pengetahuan dan juga pendidikan yang tidak berkembang akan menghasilkan sebuah budaya yang stagnan. Hal tersebut sangat menghambat akulturasi, karena masyarakat sebagai pelaku budaya tidak mempunyai wawasan dan pengetahuan yang cukup tentang budaya diluar mereka.
2. Sikap Masyarakat yang Tradisional
Biasanya, masyarakat tradisional akan selalu memegang teguh budaya sendiri dan beranggapan bahwa datangnya budaya baru bisa mengancam keberlangsungan budaya asli mereka. Oleh karena itu, masyarakat tradisional sangat sulit untuk menerima budaya asing. Masyarakat tradisional akan cenderung menutup diri dari budaya asing karena mereka merasa bahwa budaya mereka yang paling baik.
3. Hal-hal Baru Dianggap Tabu
Akulturasi budaya tidak akan pernah terjadi jika masyarakat menilai bahwa segala hal yang baru itu bersifat buruk. Hal-hal baru itu salah satunya adalah perubahan. Masyarakat yang sulit menerima budaya baru akan menjadi faktor penghambat perubahan yang terjadi di masyarakat. Sehingga akulturasi tidak akan pernah terjadi.
4. Adat atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan yang telah tertanam sejak kecil merupakan salah satu faktor penghambat akulturasi. Oleh karena itu, ketika masyarakat menemui budaya baru, mereka akan menganggap sebagai hal yang asing. Umumnya, masyarakat mempunyai adat yang kuat akan cenderung lebih sulit untuk menerima budaya baru.
Contoh Akulturasi di Indonesia
Wilayah Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya karena terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya yang berbeda. Akibatnya, banyak contoh akulturasi budaya terjadi di Indonesia. Berikut beberapa contoh akulturasi budaya di Indonesia:
Makanan
Salah satu contoh paling terkenal adalah makanan. Misalnya, nasi goreng merupakan hasil akulturasi antara budaya Tionghoa dan Indonesia. Demikian juga, "sate" adalah makanan yang mencerminkan pengaruh Arab dan India dalam bentuk daging tusuk yang disajikan dengan saus kacang.
Bahasa
Bahasa Indonesia sendiri adalah contoh akulturasi bahasa. Meskipun dasarnya adalah bahasa Melayu, bahasa ini telah menerima pengaruh dari berbagai bahasa, termasuk bahasa Belanda, Arab, dan Sanskerta.
Kesenian
Tari Jaipongan dari Jawa Barat adalah contoh akulturasi dalam seni tari. Tari ini menggabungkan unsur-unsur tradisional Jawa dengan musik dan gerakan yang lebih modern. Selain itu, gamelan, alat musik tradisional Indonesia, juga memiliki pengaruh Hindu, Jawa, dan Bali.
Agama
Agama di Indonesia juga mencerminkan akulturasi. Misalnya, agama Hindu di Bali memiliki pengaruh kuat dari budaya Hindu India, tetapi juga mencerminkan unsur-unsur tradisional Bali.
Arsitektur
Arsitektur di berbagai daerah di Indonesia mencerminkan akulturasi budaya. Contohnya, rumah adat Toraja di Sulawesi Selatan adalah hasil dari campuran unsur-unsur Toraja dan pengaruh Belanda.
Pakaian
Batik Indonesia adalah contoh pakaian yang mencerminkan akulturasi budaya. Motif batik mencakup unsur-unsur tradisional Indonesia dan pengaruh Tiongkok serta Eropa.
Adat Istiadat
Upacara pernikahan, upacara adat, dan perayaan lainnya juga mencerminkan akulturasi budaya di Indonesia. Misalnya, pernikahan adat Jawa mencampurkan elemen-elemen Jawa, Islam, dan Hindu.
Musik
Musik tradisional Indonesia seperti angklung, keroncong, dan wayang kulit mencerminkan akulturasi budaya yang unik.
Demikianlah informasi dari artikel yang berjudul Akulturasi Budaya: Pengertian, Proses, Faktor, Jenis - Jenis, Contoh. Apabila ada kekurangan ataupun kekeliruan pada penulisan artikel ini, Berbagai Reviews mengucapkan mohon maaf yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang bijak pada kolom komentar yang tersedia. Terima kasih sudah mampir, semoga bermanfaat.
Bahan bacaan lainya silahkan klik Pustaka Pengetahuan
Tutorial cara budidaya silahkan klik Baraja Farm
Untuk belajar budidaya, silahkan klik Baraja Farm Channel
Media sosial silahkan klik facebook Media sosial silahkan klik facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar