Indonesia nampaknya merupakan ekosistem yang paling disukai manusia purba. Serangkaian penemuan palaeoantropologis menunjukkan bahwa kawasan Indonesia merupakan "pusat peradaban" kala itu. Sejak pesisir timur Sumatra hingga Papua ditemukan beragam bentuk benda prasejarah. Beragam teori pun dikemukakan untuk membuka tabir periode prasejarah itu. Ada pula upaya untuk menemukan missing link atas kehidupan manusia prasejarah bila teori evolusi dijadikan dasar pemikiran.
Pengertian Masa Praaksara.
Masa praaksara yang juga sering disebut sebagai masa nirleka merupakan suatu masa saat manusia purba belum mengenal tulisan. Seluruh dunia memiliki masa praaksara yang berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Pra-aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Sebutan ‘masa praaksara’ ada untuk menggantikan ‘masa prasejarah’ yang dirasa kurang tepat karena meskipun belum mengenal tulisan, manusia purba yang hidup pada masa tersebut sudah memiliki sejarah serta telah menghasilkan kebudayaan.
Pengertian masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan). Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Budha, dan Masa Islam (2019) karya Tri Worosetyaningsih, bangsa Indonesia mengakhiri masa praaksara sekitar abad IV Masehi.
Masa Praaksara Dimulai.
Dimulainya masa praaksara sendiri hingga kini belum diketahui secara pasti dan belum bisa dibuktikan, namun satu hal yang pasti, masa praaksara dimulai sejak manusia purba mulai ada di muka Bumi. Meskipun belum diketahui secara pasti dan belum bisa dibuktikan, namun yang pasti masa praaksara dimulai sejak manusia purba mulai terdapat di muka Bumi. Prasasti pada Yupa berangka tahun abad V Masehi di Kuati Kalimantan Timur membuktikan bangsa Indonesia telah masuk masa aksara.
.Pada zaman Neozoikum atau Kainozoikum yang terjadi kurang lebih 65 juta tahun yang lalu, Bumi sudah mulai stabil, sehingga kehidupan semakin berkembang. Neozoikum dibagi menjadi dua, yaitu zaman tersier (zaman ketiga) serta zaman kuarter (zaman keempat).
Pada zaman tersier, binatang besar mulai berkurang, tergantikan oleh jenis-jenis binatang menyusui, misalnya kera dan monyet. Sementara itu, pada zaman kuarter, mulai muncul tanda-tanda adanya kehidupan manusia purba.
Zaman kuarter sendiri terbagi ke dalam dua masa, yakni masa Plaistosen yang merupakan awal kehidupan manusia dan seringkali disebut sebagai zaman es serta masa Halosen yang merupakan awal kemunculan Homo sapiens yang diyakini sebagai nenek moyang dari masa modern.
Kehidupan Sosial Ekonomi Masa Praaksara.
Secara garis besar, kehidupan sosial ekonomi pada masa praaksara dibedakan menjadi dua, yaitu Food Gathering (masa berburu dan meramu) dan Food producing (masa bercocok tanam). Hal ini ditandai dengan ditemukannya bukti-bukti seperti Kjokkenmoddinger (tumpukan sampah makanan berupa kulit kerang dan tulang belulang yang telah membatu) dan Abris Shous Roches (Gua-gua karang sebagai tempat tinggal manusia purba).
Melihat masa zaman es yang pastinya begitu sulit dilewati tanpa cara hidup yang menyesuaikan, pastilah manusia purba yang hidup di masa praaksara memiliki cara hidup tersendiri. Manusia purba memiliki dua karakter khas dalam pola huniannya. Pertama, mereka memilih tinggal dekat dengan sumber air karena air merupakan kebutuhan manusia yang amat sangat penting, mulai dari sebagai kebutuhan jasmani hingga mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, mereka lebih memilih hidup di alam terbuka. Situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo adalah bukti dari pola hunian ini.
Hasil penelitian berupa fosil maupun artefak lainnya menunjukkan bahwa manusia purba masa praaksara pada awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu, alias masih bergantung pada alam. Karena itu, mereka juga hidup berpindah-pindah seiring dengan ketersediaan makanan. Masa ini disebut pula dengan masa food gathering.
Setelah masa food gathering, mereka mulai mengenal masa food producing. Tidak hanya mengumpulkan makanan, manusia purba juga mulai melakukan kegiatan bercocok tanam untuk mengusahakan makanannya. Jika tanah sudah habis, mereka akan mencari lahan baru. Mereka mulai menebang bahkan membakar hutan. Jadi, kalau masih ada pelaku pembakaran hutan di tahun 2019 ini, mungkin dia hidup pada zaman yang salah, Quipperian.
Manusia purba masa praaksara juga memiliki sistem kepercayaan, lho. Ada tiga sistem kepercayaan yang diyakini merupakan bagian dari masa praaksara. Pertama, animisme yang mempercayai pengaruh roh nenek moyang bagi kehidupannya. Kedua, dinamisme yang mempercayai kekuatan suatu benda dalam mempengaruhi kehidupannya. Ketiga, totemisme yang mempercayai kekuatan hewan yang dianggap suci. Semua hal ini dapat ditemukan dari hasil penelitian arkeolog, baik berupa fosil maupun artefak.
Zaman Praaksara di Indonesia.
Pembabakan zaman praaksara di Indonesia berdasarkan geologi dibagi ke dalam empat zaman. Zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah terdiri dari:
Arkeozoikum.
Zaman primer atau zaman hidup tua yang berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil, dan binatang yang tidak bertulang punggung.
Zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan yang berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan jenis reptil mencapai tingkat yang terbesar sehingga zaman ini juga disebut zaman reptil. Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan lain yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah tingkatannya. Sedangkan jenis reptil mengalami kepunahan.
Zaman hidup baru yang dibedakan menjadi dua zaman, yaitu:
a. Tersier atau zaman ketiga
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Ditandai dengan perkembangan jenis binatang menyusui, seperti primata.
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Ditandai dengan perkembangan jenis binatang menyusui, seperti primata.
b. Kuartier atau zaman keempat.
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting.
Manusia Masa Praaksara.
Indonesia termasuk negara yang banyak meninggalkan fosil dan artefak. Banyaknya penemuan tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang penting bagi para peneliti kehidupan praaksara. Menurut banyak peneliti, kawasan Indonesia memiliki lingkungan yang nyaman dan berada di bawah garis khatulistiwa. Hal ini memungkinkan kehidupan keseharian bisa terus berlangsung tanpa terputus oleh musim. Para peneliti telah menemukan berbagai jenis manusia purba yang pernah hidup di Indonesia, yaitu:
Manusia purba paling tua di Jawa ini memiliki tubuh besar dan kekar. Rahangnya besar, tulangnya tebal, dan keningnya menonjol. Meganthropus Paleojavanicus hidup kira-kira dua juta tahun SM. Fosilnya ditemukan dan diteliti oleh Dr. G.H.R. Von Koenigswald pada 1936 dan 1941 di Sangiran, Solo.
Penemuan fosil manusia purba lain yang agak tua usianya di Indonesia adalah Meganthropus palaeojavanicus (manusia besar tua dari Jawa). Setelah diteliti, jenis fosil Meganthropus ternyata memiliki tulang rahang bawah yang tegap dan bergeraham besar. Bila dibandingkan dengan ukuran dan bentuknya, fosil Meganthropus ternyata lebih besar dan berpawakan lebih tegap dibandingkan Pithecanthropus erectus.
Dari namanya, manusia purba satu ini merupakan manusia kera yang berjalan tegak. Tingginya sekitar 165-180 cm, sama dengan manusia zaman now. Fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, dekat Bengawan Solo. Pada tahun 1889, seorang geolog Belanda bernama B.D van Rietschoten menemukan tengkorak manusia di daerah Wajak, dekat Tulungagung (Jawa Timur). Kemudian Dr. Eugene Dubois yang datang ke Pulau Jawa menemukan fosil di daerah Trinil, dekat Ngawi (Jawa Timur).
Fosil pertama yang ditemukan tersebut diberi nama Pithecanthropus erectus yang berarti manusia kera yang berjalan tegak, dikenal juga dengan Manusia Jawa. Kemudian penelityi Dufjes dan Von Koenigswald berhasil menemukan fosil Pithecanthropus erectus di Perning, Kabupaten Mojokerto (Jawa Timur). Hasil temuan tersebut kemudian diberi nama Pithecanthropus mojokertensis atau Pithecanthropus robustus. Para peneliti menganggap ini fosil manusia purba paling tua usianya di Indonesia.
3. Homo
Manusia purba ini lebih sempurna dibandingkan dengan kedua pendahulunya. Ada tiga jenis Homo di Indonesia, yaitu:
Seperti kedua pendahulunya, Homo Soloensis juga berasal dari Solo. Fosilnya ditemukan oleh Ir. Oppenorth di Ngandong. Tinggi badannya yaitu 180 cm dan tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus. Homo Soloensis dapat berjalan tegak. Berdasarkan penelitian, fosil manusia purba ini ditempatkan pada tingkatan yang lebih tinggi daripada Pithecanthropus erectus. Homo soloensis artinya manusia dari Solo. Homo soloensis diperkirakan telah hidup antara tahun 35000-15000 Sebelum Masehi.
Ditemukan oleh Van Reitschoten pada 1889 di Wajak, Jawa Timur, manusia purba ini memiliki tinggi badan yang berkisar dari 130-210 cm dengan tengkorak yang lebih bulat. Mereka juga dapat berjalan tegak serta memiliki keahlian untuk membuat peralatan dari batu, kayu, dan tulang-belulang. Fosil ini ditemukan di daerah Wajak, Tulungagung (Jawa Timur). Menurut perkiraan para ahli, Homo wajakensis merupakan bentuk perubahan langsung dari Homo soloensis. Jenis manusia purba ini menurunkan penduduk asli Pulau Papua dan sekitarnya.
Manusia purba generasi terakhir ini memiliki ciri-ciri fisik yang menyerupai manusia modern masa sekarang.
Demikianlah artikel yang menjelaskan tentang " Pengertian Masa Praaksara Beserta Kehidupan Dan Manusia Pada Masa Praaksara". Semoga melalui tulisan ini memberikan pemahaman kepada pembaca yang sedang mempelarinya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan silahkan tinggal tanggapan maupun kritikan yang sifatnya memperbaiki untuk yang akan datang. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar