Perang Badar, Pertempuran Besar Pertama Umat Islam di Bulan Ramadhan. | Berbagai Reviews

Kumpulan Artikel Pendidikan Pengetahuan dan Wawasan Dunia

14 Mei 2020

Perang Badar, Pertempuran Besar Pertama Umat Islam di Bulan Ramadhan.

| 14 Mei 2020
Gambar Ilustrasi.


Perang Badar merupakan salah satu peristiwa besar, karena tidak akan lupa seluruh umat muslim di seluruh dunia hingga saat ini. Perang ini terjadi saat Bulan Puasa, tepatnya tanggal 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriyah. Perang ini tercatat sebagai perang pertama umat Muslim melawan kaum kafir Quraisy dari Makkah usai peristiwa hijrah ke kota Madinah.

Di tengah puasa, kaum muslim hanya berjumlah sekitar 300 orang, sedangkan di pihak lawan mencapai 1.000 pasukan lebih. Tentu perbedaan besar jumlah pasukan perang ini menjadi tantangan tersendiri. Namun atas izin Allah, kaum muslimin berhasil menaklukan ribuan pasukan kafir Quraisy.


Sejarah Perang Badar 

Seperti yang diketahui bersama, bahwa setiap peradaban pastinya memiliki sejarah mengenai pertempuran sejarah, yang telah memainkan peran penting dalam sejarahnya. Termasuk sejarah perang badar, dimana perang ini telah berlangsung pada 13 Maret 624 M (Bertepatan dengan 17 Ramadhan) di daerah Hijaz Arabia barat atau Arab Saudi. Pertempuran antara kaum islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum Musyrikin Quraisy yang dipimpin Amar bin Hisyam alias Abu Jahal di Lembah Badar (Makkah) ini sendiri telah digariskan dalam sejarah Islam sebagai kemenangan yang disebabkan oleh bantuan Allah, dan menjadi salah satu dari beberapa pertempuran yang secara khusus disebutkan dalam kitab suci umat Islam, yakni Al-Quran.


Pengertian Perang Badar

Pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوة بدر, translit. gazwah badr‎), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 624). Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Dinamakan Perang Badar karena pertempuran ini terjadi di Badar, sebuah tempat yang menghubungkan antara Makkah dan Madinah. Tempat ini sering menjadi pemberhentian para musafir karena terdapat mata air yang dari Madinah, Badar berjarak kurang lebih 148 km.


Penyebab terjadinya Perang Badar

Dalam Sejarah Perang Badar sendiri telah mencatat, bahwa ada beberapa penyebab Perang Badar yang sangat mendasar, seperti sering adanya terror, penindasan dan perampasan rumah serta harta, bahkan hingga terjadinya pengusiran Kaum Muslimin di wilayah tersebut (Kota Makkah). Selain itu, Kaum Quraisy juga mendzalimi, menyiksa dan merebut barang dagangan kaum muslimin, sehingga Perang Badar ini terjadi untuk memberikan pelajaran atau pembalasan terhadap kaum Quraisy atas kekejamannya dan mengembalikan harta benda milik kaum muslim. Dan pernah suatu ketika, Seorang anak muda Quraisy melemparkan kotoran ke depan Rasulullah SAW.

Saat tiba di rumah anak perempuannya yang masih kecil yaitu Fatimah Azahra, melihat ayahnya yang berlumuran kotoran, Ia pun menangis. Sesegera mungkin Nabi berusaha menenangkan gadis kesayangannya tersebut, dan Rasulullah pun berkata, “Jangan menangis gadis kecilku, karena Allah akan melindungi ayahmu”.  Kalimat tersebut, kemudian ditambahkan oleh Nabi untuk dirinya sendiri : “Quraisy tak pernah memperlakukan Aku seburuk ini ketika Abu Tholib masih hidup”.

Menurut penelusuran sejarah, ada beberapa sebab mengapa Perang Badar meletus.
  1. Pertama, umat muslim diusir dari kota Makkah, selalu mendapat teror, ditindas, didzalimi, hingga rumah serta harta mereka dirampas oleh kaum kafir Quraisy.
  2. Kedua, penindasan kaum kafir Quraisy selalu dilakukan terhadap umat muslim walaupun umat muslim telah hijrah ke kota Madinah.
  3. Ketiga, sebagai sebuah pelajaran kepada kaum kafir Quraisy yang telah sewenang-wenang terhadap kaum muslimin.

Ketika itu, pemimpin pasukan kaum kafir Quraisy, Abu Sufyan bin Harb, mengetahui rencana penyerangan umat muslim. Sontak saja ia mengabarkan rencana itu kepada orang-orang kafir Quraisy.

Kaum Quraisy pun langsung mempersiapkan diri dan pasukan guna menghalau pasukan Islam. Ribuan pasukan kafir Quraisy pun telah siap siaga untuk bertempur melawan pasukan yang dipimpin oleh Rasulullah saw.

Rencana Pembunuhan Nabi Muhammad SAW

Puncaknya, pada September 622 M, dalam satu pertemuan yang melibatkan para pembesar Qurisy, Abu Jahal mengusulkan pembunuhan terhadap Nabi. Agar tidak menciptakan permusuhan di keluarga bani Hasyim, pembesar tersebut meminta setiap pemuda berpengaruh yang ada di bani-bani Quraisy turut terlibat, sehingga setiap bani akan bertanggung jawab memberikan yang ganti darah untuk memuaskan bani Hasyim. Namun, rencana tersebut telah diketahui oleh Malaikat Jibril, dan dengan cerdik, Nabi hijrah meninggalkan rumahnya bersama Abu Bakar menuju Yastrib (Madinah).

Di saat itulah, Ia mengizinkan Ali untuk mengisi tempat tidurnya guna mencegah para pemuda Quraisy yang telah mengepung rumahnya. Namun perjalanan ini sebagai pengamanan diri saja, bukan sejarah peristiwa isra mi’raj. Meskipun begitu, bukan berarti pertikaian dengan Quraisy Mekkah telah reda. 


Nabi Muhammad SAW Hijrah Ke Madinah

Kaum Muhajirin (penduduk Mekkah muslim yang ikut hijrah) mengalami kesusahan dalam mencari nafkah di Madinah, sehingga sebagian dari mereka menggantungkan hidupnya kepada penduduk islam di Madinah atau kaum Anshar.

Dan saat itulah, turun sebuah wahyu, Surat Al Hajj ayat 39-40 yang mengizinkan Nabi bersama pengikutnya memerangi orang yang memerangi mereka. ini ayat Al Quran yang berisi perintah jihad. Setelah adanya wahyu tersebut, Nabi bersama kaum Muhajirin telah menerapkan Ghazwu atau serangan demi bertahan hidup yang biasa dilakukan masyarakat Arab Nomaden. Namun, serangan yang dimulai sejak 623 ini kerap mengalami kegagalan karena umat islam memiliki sedikit informasi, baik mengenai waktu dan rute perjalanan musuh, sehingga tidak ada kerugian dan korban di pihak musuh.


Penyerbuan terhadap kaum Qurays dengan strategi Ghoswu

Dan pada September 623, rosulullah memutuskan untuk memimpin langsung kaum muslimin untuk penyerbuan rombongan dagang kaum Qurasy yang dipimpin Ummayah ( yang pernah menyiksa Abu Bakar), namun lagi-lagi usaha menyergap kafilah yang membawa 2.500 unta itu mengalami kegagalan.

Namun bukan semuanya dalam setrategi ghoswu mengalami kegagalan, karena pada Januari 624 insiden serius terjadi tepatnya pada akhir bulan Rajab yang dianggap suci. Kala itu satu dari pedagang Quraisy mekah yang sedang berkemah di lembah nakhlah (antara mekah dan toif) tewas terkena panah pasukan Abdullah bin jahsy dalam sebuah misi ghazwu. Sontak saja Peristiwa ini menimbulkan kemarahan dan dendam dikalangan qurasy mekah. Bagi mereka. hal ini bukan saja ancaman keamanan. Tapi juga dianggap penghinaan terhadap keyakinan masyarakat arab yang mensucikan bulan rojab dari peperangan.


Jalannya Pertempuran Badar

Sampai disini perang besar pun dimulai antara kaum muslimin di madinah dengan kaum quraisy mekah. Pada 2 hijriah (maret 624) caravan dagang besar pimpinan Abu Sufyan hendak kembali dari suriah.dan nabi pun memimpin langsung aksi ghazwu dengan melibatkan sekitar 313 orang muslim, diriwayatkan 8 pedang. 6 baju perang. 70 ekor unta dan 2 kuda. Didalam pasukan tersebut juga terdapat paman nabi. Dan tiga calon khalifah. Yaitu Abu bakar.Umar bin khotob. Dan Ali bin abu tholib. Bertepatan peristiwa tersebut salah satu sahabat nabi dan juga calon khalifah yaitu ustman bin afan tidak ikut dan harus dirumah sebab istrinya ruqoyah lagi sakit.


Dan Orang orang quraisy murka. Dikarenakan mendengar rencana penyergapan nabi terhadap abu sufyan, dibawah komando abu jahal mereka mengerahkan seluruh klan dan menyiapkan pasukan menuju  lembah badar untuk menghadang pasukan nabi yang akan menghadang caravan abu sufyan dan rombongan dagangnya yang akan melintasi di sekitar sumur terdekat di lembah badar. Dengan jumlah pasukan perang sekitar 1.000, 600 persenjataan lengkap. 700 unta. Dan 300 pasukan kuda yang siap untuk menghadapi pasukan rosulullah. 

Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Rasulullah saw sempat merasa tersudut ketika ia tahu bahwa jumlah pasukan muslim jauh lebih sedikit daripada pihak lawan. Akhirnya, Rasulullah pun berembug dengan para sahabat apakah akan melanjutkan peperangan atau tidak. Beruntung, para sahabat yang setia dengan Rasulullah tetap ingin lanjut memperjuangkan agama Allah dan berada di sisi Rasulullah saw. Hingga akhirnya, ratusan pasukan muslim itu berhasil mengalahkan ribuan pasukan kafir Quraisy berkat pertolongan Allah Swt.

Kemenangan umat muslim dalam Perang Badar tersebut diabadikan Allah dalam Surah Al-Anfal ayat 17 yang artinya:


Peristiwa pertempuran Badar


"Sebenarnya, bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah juga yang telah membunuh mereka. Juga ketika kau lemparkan, sebenarnya bukan engkau yang melakukan itu, melainkan Tuhan juga." (QS al-Anfal: 17).

Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Mekkah. Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. 

Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai. Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud.


Fakta Perang Badar

Perang Badar adalah peristiwa besar, di mana umat Islam akhirnya mampu mengalahkan pasukan Quraisy yang kuat, setelah diusir dari rumah mereka di Mekah setelah adanya sanksi ekonomi (boikot) dan penganiayaan.

Berikut enam fakta yang perlu kita ketahui tentang Perang Badar:

Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan

Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadan, dua tahun setelah Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wassalam) bermigrasi (hijrah) ke Madinah. (Setelah 13 tahun berjuang di Mekah, setelah banyak pertemuan dengan berbagai suku dan setelah banyak mengalami penganiayaan dan boikot, Allah memberkati Nabi Muhammad SAW dengan nasr (kemenangan) dengan berdirinya Negara Islam (Khilafah) di Madinah.)


Badar terletak 113 kilometer dari Madinah

Lokasi Perang Badar terletak sekitar 113 kilometer dari Madinah dan sekitar 161 kilometer melalui jalan darat. Dibutuhkan lebih dari satu jam dan 45 menit untuk mencapai Badar dengan mobil. Pada masa Nabi Muhammad, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai lokasinya.


Perang Badar disebutkan dalam AlQur'an

Perang Badar disinggung dalam beberapa ayat dalam Alquran, disebutkan namanya adalah Surah Ali Imran ayat 123-126. 


Perang Badar disebutkan dalam AlQur'an


(Salah satu ayatnya berbunyi “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” Alquran Surah Ali Imran 123)


Umat Islam kalah jumlah

Pasukan Muslim kalah jumlah dengan rasio satu banding tiga. Kaum Muslim berjumlah sekitar 313 orang, yang tidak dilengkapi (persenjataan dan perlindungan) dengan baik, sedangkan orang-orang Quraisy memiliki lebih dari 950 orang yang dipersenjatai dengan baik. Sahabat - sahabat terkemuka seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Hamzah, Mushab bin ‘Umair, Az-Zubair bin Al-‘Awwam, Ammar bin Yasir, dan Abu Dzarr al-Ghifari ikut serta.

Utsman bin Affan tidak dapat mengambil bagian karena dia diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk merawat istrinya Ruqayyah yang sakit, yang juga merupakan putri Nabi

Ibnu Umar meriwayatkan: “Utsman tidak ikut perang Badr karena dia menikah dengan salah seorang putri utusan Allah dan dia sakit. Jadi, Nabi berkata kepadanya. “Anda akan mendapatkan hadiah dan bagian (dari rampasan perang) yang mirip dengan hadiah dan bagian dari orang yang telah mengambil bagian dalam Perang Badar.” (Sahih al-Bukhari)


Ribuan Malaikat membantu pasukan muslim

Disebutkan dalam Alquran, 5.000 malaikat membantu kaum Muslim meraih kemenangan atas kaum Quraisy yang lebih siap dalam hal persenjataan, unta, dan kuda perang. Allah berfirman dalam Alquran:



Perang Badar


“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” (Alquran Surah Ali Imran 125).


14 orang sahabat Nabi gugur.

14 sahabat tewas dalam pertempuran. Nama-nama martir tercantum di situs pertempuran:
  • Umair bin Abi Waqas
  • Safwan bin Wahab
  • Dhu-Shimalayn bin ‘Abdi
  • Mihja bin Salih
  • ‘Aqil bin al-Bukayr
  • ‘Ubaydah ibn al-Harith
  • Sa’ad ibn Khaythama
  • Mubashir ibn ‘Abd al-Mundhir
  • Haritsah ibn Suraqah
  • Rafi ‘ibn Mu’ala
  • ‘Umayr ibn Humam
  • Yazid bin al-Harits
  • Mu’awidh ibn al-Harith
  • ‘Awf ibn al-Harits.


Tawanan perang diperlakukan dengan baik.

70 orang dari pasukan Quraisy terbunuh termasuk Abu Jahal, salah satu komandan mereka. Banyak orang lain ditawan sebagai tawanan perang oleh Muslim yang kemudian ditebus. Para tawanan perang diperlakukan dengan bermartabat dan hormat. Sebuah insiden yang menunjukkan hal ini disebutkan dalam hadits Sahih Al-Bukhari:

Jâbir menceritakan, “Setelah Perang Badar, para tawanan perang dibawa. Di antara mereka adalah  al-Abbas (Abbas bin Abdul Muththalib). Dia tidak memakai baju, jadi Nabi (damai dan berkah besertanya) mencarikan baju untuknya. Ternyata baju Abdullah bin Ubay bin Salul adalah ukuran yang tepat, jadi Nabi memberikannya kepada al-Abbas untuk dipakai dan memberi kompensasi kepada Abdullah dengan bajunya sendiri.”

(Terkait tawanan perang Badar: Beberapa hari kemudian, beberapa tahanan berkata: “Diberkatilah orang-orang Madinah, mereka membuat kami naik tunggangan sementara mereka berjalan, mereka memberi kami gandum dan roti untuk dimakan ketika hanya sedikit (dari kaum Muslim) yang harus puas dengan kurma.” Para tahanan kaya membayar tebusan dan dibebaskan. Yang lain diminta untuk menebus kebebasan mereka sendiri dengan mengajarkan 10 orang Muslim membaca dan menulis.).


Wallahu a'lam.



Demikianlah artikel yang menjelaskan tentang "Perang Badar, Pertempuran Besar Pertama Umat Islam di Bulan Ramadhan". Semoga melalui tulisan ini memberikan pemahaman kepada pembaca yang sedang mempelarinya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan silahkan tinggal tanggapan maupun kritikan yang sifatnya memperbaiki untuk yang akan datang. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar