Pembentukan bunga merupakan salah satu proses perkembangan yang jelas. terlihat pada tumbuhan tinggi. Sebelum meristem bunga (floral meristem) mampu. melakukan diferensiasi menjadi bagian-bagian bunga, tumbuhan harus mencapai fase vegetatif tertentu (maturity & ripeness to flower) dan berubah ke fase reproduktif. Proses perubahan ini disebut floral evocation. Lama fase pertumbuhan vegetatif tergantung pada spesies. Tiap tumbuhan memerlukan waktu yang berbeda untuk mencapai fase siap berbunga. Apabila fase itu tercapai, tumbuhan tertentu langsung membentuk bunga tanpa memerlukan induksi lingkungan, sedangkan pada tumbuhan lain memerlukan kondisi lingkungan tertentu agar mampu membentuk bunga.
Dalam transisi ke arah pembungaan melibatkan perubahan dalam pola morfogenesis dan diferensiasi sel pada meristem apikal pucuk. Dalam proses ini dihasilkan floral organ (sepala, petala, stamen dan karpela). Proses pembungaan padadasarnya merupakan interaksi dari pengaruh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor ekternal meliputi panjang hari dan temperatur, sedangkan faktor internal meliputi ritme endogen, dan hormon. Interaksi antara faktor internal dan eksternal memungkinkan tanaman menyelaraskan perkembangannya sehingga tumbuhan dapat menentukan waktu yang tepat untuk pembungaan (timing of flowering).
Tahap - Tahap Pembentukan Bunga.
Tahap - Tahap Pembentukan Bunga.
Pembentukan bunga merupakan transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif. Pembungaan dimulai dengan perubahan biokimia tertentu yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan, yang mengubah primordia vegetatif menjadi primordia reproduktif. Perubahan itu terjadi sebagai akibat dari perubahan pengaturan metabolisme terkait dengan adanya sintesis enzim atau aktivasi enzim yang semula tidak aktif. Proses ini diikuti dengan sintesis DNA dan RNA yang diperlukan untuk mitosis cepat pada meristem. Juga mungkin menghilangkan hambatan aktivitas DNA yang diperlukan untuk sintesis enzim untuk pembungaan.
Tahap-tahap pembentukan bunga dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Induksi bunga (evokasi).
Evokasi merupakan tahap pertama dari proses pembentukan bunga, yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif. Induksi pembentukan bunga berkaitan dengan faktor genetik dan nutrisi. Faktor genetik melibatkan aktivasi flowering genes secara bertahap pada waktu pertumbuhan vegetatif maksimum. Faktor nutrisi karena untuk berbunga diperlukan alokasi asimilat ke bagian apikal untuk memasuki fase reproduktif. Bahan organik sebagai sumber energi dan bahan penyusun senyawa yang berguna dalam proses reproduktif. Induksi bunga dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel.
Induksi pembentukan bunga juga tergantung pada lingkungan meskipun bentuk bunga dan morfogenesisnya diatur secara endogen (developmental homeostasis). Pembentukan bunga merupakan tahap penting dalam perkembangan tanaman. Bunga dibentuk karena ujung batang vegetatif selain membentuk daun, mikro dan megasporofil, juga struktur perhiasan bunga. Transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif seiring dengan perubahan karakteristik pada meristem apikal.
2. inisiasi bunga.
Pada tahap inisiasi bunga, perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis. Transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organ-organ reproduktif.
3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis.
Tahap ini ditandai dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga. Pada tahap ini terjadi proses mikrosporogenesis (perkembangan polen) dan megasporogenesis (perkembangan kantong embrio dan ovulum) dan untuk penyempurnaan dan pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina.
a. Mikrosporogenesis (perkembangan polen).
Perkembangan mikrospora merupakan awal dimulainya generasi gametofit jantan. Seperti pada tanaman lainnya, yang bertanggung jawab dalam pembentukan mikrospora adalah mikrosporangium. Ada 4 tahapan utama perkembangan mikrospora pada tanaman monokotil yaitu sel induk mikrospora, tetrad, uninukleat, dan binukleat.
Perkembangan mikrospora pada dasarnya merupakan proses meiosis, dari satu sel induk mikrospora menjadi empat sel anakan mikrospora (tetrad). Mikrospora dewasa atau setelah lepas dari tetrad disebut sebagai butir serbuk sari. Setiap mikrospora dan mikrospora tetrad dibungkus oleh dinding kalose. Inti dari setiap mikrospora tetrad belum kelihatan dengan jelas, karena tidak berada ditengah, melainkan berada ditengah-tengah keseluruhan tetrad. Ukuran tetrad saat ini setengah dari ukuran mikrospora maksimum. Perkembangan selanjutnya adalah terlepasnya tetrad menjadi empat mikrospora bebas. Proses ini dikatalisis oleh enzim 1,3 β-glucanase. Setiap mikrospora berbentuk segitiga dan umumnya inti secara perlahan-lahan bergerak ke tengah mikrospora dan dinding mikrospora menebal. Ini merupakan awal dari tahap mikrospora uninukleat. Pada tahap uninukleat akhir mikrospora siap melakukan pembelahan mitosis yang pertama. Pembelahan mitosis pertama ini mengakhiri periode mikrospora.
Mitosis pertama terjadi secara asimetrik, menghasilkan dua inti sel yang tidak sama besar. Yang besar adalah inti vegetatif dan yang kecil adalah inti generatif. Inti generatif letaknya berdekatan dengan dinding mikrospora. Inti generatif membelah secara mitosis (mitosis II) menghasillkan dua inti sperma (gamet jantan). Pada saat ini mikrospora disebut sebagai butir polen (pollen grain) atau polen dewasa. Pada tumbuhan angiospermae, pada saat terjadi perkembangan benang sari, sel-sel induk mikrospora melakukan meiosis dan menghasilkan 4 mikrospora haploid dimana masing-masing akan berkembang menjadi butir polen (pollen grain). Polen yang masak akan dilapisi oleh beberapa lapis dinding sel, yang terdalam disebut intine dan disebelah luarnya terdapat exine. Pembentukan intine diduga berasal dari tapetum, sedangkan exine merupakan produk dari polen. Butir polen merupakan generasi gametofit jantan, terdapat sel vegetatif yang merupakan asal pollen tube, serta sel generatif yang menghasilkan sperma. Sel generatif dan sel vegetatif terbentuk sebagai hasil pembelahan sel mikrospora. Sel generatif ini tidak memiliki mitokondria maupun kloroplas. Sel generatif akan membelah secara mitosis untuk membentuk 2 inti sperma dan pembelahan ini umumnya terjadi setelah polinasi.
b. Megasporogenesis (perkembangan kantong embrio dan ovulum).
Pada saat ovulum berkembang, megasporosit (sel induk megaspora) terbentuk di dalam nuselus. Megasporosit membentuk kantong embrio dan melakukan pembelahan meiosis membentuk 4 sel haploid. Satu dari 4 sel haploid yang dekat dengan bagian kalaza membesar dan menjadi megaspora yang berfungsi, sedangkan 3 sel haploid yang lain akan mengalami degenerasi. Megaspora kemudian melakukan pembelahan mitosis 3 kali berturut-turut dan membentuk gametofit betina yang terdiri dari tujuh sel dengan 8 anak inti (nuclei) haploid, dan sel telur terletak pada bagian basal kantong embrio.
4. Anthesis (Pemekaran bunga).
Anthesis merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga. Biasanya anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ reproduksi, baik jantan maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah terjadinya anthesis.
5. Penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi).
Polinasi merupakan proses transfer polen dari anter ke kepala putik (stigma). Polinasi pada sebagian besar tumbuhan angiospermae dapat terjadi dengan secara fisik (melalui angin), atau dengan bantuan hewan seperti serangga, burung, kelelawar atau bahkan perlu bantuan manusia. Setelah pollen melekat di kepala putik (stigma) akan berkecambah membentuk buluh sari. Buluh sari ini berisi sel vegetatif di depan dan sel generatif dibelakangnya. Sel generatif akan menghasilkan dua sel sperma yang akan melakukan pembuahan ganda. Pembuahan akan terjadi apabila buluh sari mampu mencapai mikrofil. Satu sel sperma membuahi sel telur membentuk zigot yang bersifat diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya membuahi 2 inti kutub sehingga terbentuk sel triploid (3n). Sel ini akan membelah membentuk jaringan penyimpan cadangan makanan yang disebut endosperm. Selanjutnya endosperm akan menyediakan makanan bagi embrio yang berkembang dari zigot. Perkembangan embrio (embriogenesis) melibatkan sejumlah perubahan morfologi menghasilkan struktur embrio dewasa yang tersusun atas aksis embrionik akar dan pucuk dan kotiledon.
Perkembangan Bunga.
Meristem apikal pucuk yang bersifat indeterminate dapat membentuk meristem karangan bunga (inflorescence meristem) dan meristem bunga (floral meristem). Perkembangan bunga dimulai dari SAM (shoot apical meristem) atau tunas samping yang masuk ke fase reproduktif dan membentuk meristem karangan bunga (inflorescence meristem). Meristem karangan bunga dapat bersifat determinate yang pada akhirnya membentuk bunga terminal, atau indeterminate. Sejumlah gen diketahui berperan dalam pengaturan perkembangan bunga. Gen TERMINAL FLOWER1 (TFL1) pada tanaman Arabidopsis dapat mempertahankan inflorescence meristem tetap berada dalam kondisi indeterminate, sedangkan gen LEAFY (LFY) dan APETALA1(AP1) berperan dalam fase awal perkembangan bunga. Mutasi TFL menyebabkan inflorescence meristem berdiferensiasi menjadi bunga, sedangkan mutasi LFY dan AP1 menyebabkan bagian yang seharusnya menjadi bunga tetap berupa inflorescence meristem. Ekspresi gen-gen tersebut dikontrol oleh faktor lingkungan seperti fotoperiode dan hormon. Perlakuan hari panjang dan aplikasi giberelin akan meningkatkan ekspresi LFY, yang kemudian juga memacu ekspresi AP1.
Bunga merupakan modifikasi dari tunas yang mendukung. Bagian-bagian bunga adalah kelopak, mahkota, benang sari dan putik. Kelopak (calyx) terdiri dari daun-daun kelopak (sepala). Kelopak terdapat pada bagian terluar dari bunga, menyelubungi bagian bunga lainnya, pada umumnya berwarna hijau, berfungsi untuk melindungi kuncup. Mahkota (corolla) terdiri dari daun mahkota (petala), bagian ini biasanya memiliki tekstur dan warna yang menarik. Keragaman tekstur dan warna mahkota ditujukan untuk menarik perhatian serangga penyerbuk. Benangsari merupakan alat kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari (pollen). Putik terbentuk sebagai hasil pelekatan daun-daun buah (carpel).
Putik dapat terdiri dari satu atau beberapa daun buah. Putik terdiri atas 3 bagian yaitu :
- Bagian paling bawah biasanya membengkak disebut bakal buah (ovary), yang mengandung bakal biji (ovulum),
- Bagian tengah, berupa tangkai yang ramping disebut tangkai putik (style) dan
- Bagian paling ujung, disebut kepala putik (stigma).
Tidak semua bunga memiliki bagian-bagian bunga berupa kelopak, mahkota, benangsari dan putik secara lengkap. Bunga yang mempunyai ke empat bagian tersebut disebut bunga lengkap, sebaliknya bila bunga kehilangan salah satu bagian tersebut disebut bunga tak lengkap. Berdasarkan kelengkapan alat kelamin dikenal bunga sempurna dan bunga tak sempurna. Bunga disebut sempurna apabila mengandung kedua alat kelamin yakni benangsari dan putik. Bunga demikian disebut juga bunga biseksual. Apabila bunga hanya memiliki benang sari, atau putik saja disebut bunga uniseksual yang tergolong bunga tak sempurna. Bunga yang hanya mengandung putik tanpa benang sari disebut bunga betina, sedangkan bunga yang memiliki benangsari tanpa putik disebut bunga jantan.
Proses organogenesis bunga (floral organogenesis) telah banyak dipelajari dan dikontrol oleh sekelompok gen yang dikenal sebagai MADS-box genes. Gen-gen ini merupakan homeotic genes, atau gen-gen yang dapat menentukan formasi keseluruhan organ. Pada tumbuhan tiga kategori homeotik gen ini telah berhasil diidentifikasi dan merupakan gen yang terlibat dalam diferensiasi bunga. Dalam model ABC ini diyakini ada 4 lingkaran yang menyusun bunga dengan kombinasi gen-gen tersebut. Gen A (misalnya apetala 1 atau apetala 2) terekspresi di lingkaran 1 dan menentukan pembentukan sepala. Di lingkaran ke dua gen A dan B terekspresi (misal apetala 3 atau pistillata) dan menghasilkan pembentukan petala. Di lingkaran ke tiga gen B terekspresi, tetapi ekspresi gen A diganti oleh gen C (gen A dan C saling menekan dan umumnya tidak terekspresi secara bersamaan). Ekspresi gen B dan C menghasilkan pembentukan stamen. Akhirnya pada lingkaran ke empat hanya gen C yang terekspresi dan menyebabkan pembentukan karpela atau ovarium.
- Jika gen A mengalami mutasi (misalnya apetala2), ekspresi gen C meluas ke empat lingkaran dan akibatnya hanya karpela dan stamen yang terbentuk
- Jika gen B mengalami mutasi maka ekspresi gen A dan gen C mengakibatkan hanya terbentuk sepala dan karpela.
- Jika gen C mengalami mutasi, ekspresi gen A meluas ke empat lingkaran dan hanya sepala dan petala yang terbentuk
Pada beberapa tumbuhan seperti jagung bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu individu, tumbuhan demikian disebut tumbuhan berumah satu (monoecious). Bila bunga jantan dan bunga betina terpisah pada individu yang berbeda seperti pada salak, asparagus dan lain-lain, disebut tumbuhan berumah dua (dioecious).
Kelamin bunga dipengaruhi beberapa faktor antara lain temperatur, fotoperiode, nutrien dan hormon. Temperatur rendah pada malam hari memacu terbentuknya bunga betina pada ketimun dan bayam. Hari panjang memacu terbentuknya bunga jantan pada SDPs dan bunga betina pada LDPs. Kadar N tinggi memacu pembentukan bunga jantan (misal pada ketimun) atau bunga betina (misal pada Begonia). IAA cenderung memacu pembentukan bunga betina, sedangkan GA cenderung memacu pembentukan bunga jantan.
Kelamin bunga dipengaruhi beberapa faktor antara lain temperatur, fotoperiode, nutrien dan hormon. Temperatur rendah pada malam hari memacu terbentuknya bunga betina pada ketimun dan bayam. Hari panjang memacu terbentuknya bunga jantan pada SDPs dan bunga betina pada LDPs. Kadar N tinggi memacu pembentukan bunga jantan (misal pada ketimun) atau bunga betina (misal pada Begonia). IAA cenderung memacu pembentukan bunga betina, sedangkan GA cenderung memacu pembentukan bunga jantan.
Diah R, M.Nasir, Sudjino, dan K. Dewi. 2009. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM 97
Demikianlah pemaparan artikel yang berjudul Pembentukan dan Perkembangan Bunga, Development of The Flower. Apabila ada kekurangan ataupun kekeliruan dalam penulisan artikel ini, Berbagai Reviews mengucapkan mohon maaf yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang bijak pada kolom komentar yang tersedia. Terima kasih sudah mengunjungi, semoga bermanfaat.
Bahan bacaan membantu tugas sekolah silahkan klik Pustaka Pengetahuan
Tutorial cara budidaya silahkan klik Baraja Farm Channel
Untuk belajar budidaya, silahkan Baraja Farm
Media sosial silahkan klik facebook.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar