Pembakaran Lahan Pertanian, Burning Land. | Berbagai Reviews

Kumpulan Artikel Pendidikan Pengetahuan dan Wawasan Dunia

6 April 2017

Pembakaran Lahan Pertanian, Burning Land.

| 6 April 2017
Membakar Kebun Pertanian adalah usaha yang paling menjanjikan di negeri kita Indonesia. Penting banget bagi pemerintah untuk memberdayakan pelaku usaha dibidang ini. Apalagi bagi mereka yang lokasinya dipelosok negeri dimana sarana dan prasarana terbatas yang diperparah dengan pengetahuan pelaku usaha tani yang minim tentang pertanian yang berkelanjutan.

berbagaireviews.com

Jerami padi merupakan salah satu sumber bahan organik yang sangat aksesible bagi petani. Ini berarti jerami banyak tersedia, mudah diperoleh dan tidak mahal. Jerami sudah dikenal sebagai sumber unsur hara K dan Si serta sejumlah kecil unsur-unsur hara lainnya. Menurut Ma dan Takahashi  (1991), jerami padi mengandung SiO2 antara 1,7 hingga 9,3% sementara itu Tanaka (1978) melaporkan bahwa kandungan K dalam jerami padi bervariasi antara 1 hingga 3%. Dengan mengomposkan jerami dan mengaplikasikannya kembali maka sebagian unsur hara yang terkandung dalam jerami dapat dikembalikan ke dalam tanah. Jerami padi diketahui mengandung unsur K dan Si dalam jumlah cukup tinggi. Dengan demikian kebutuhan K dan Si dalam jumlah cukup besar dapat berasal dari jerami padi.

Potensi jerami padi di Indonesia sangat besar dari segi kuantitas yaitu 77 juta ton dari hasil panen padi (BPS, 2008). Jumlah jerami sebesar tersebut sangat potensial untuk dapat digunakan sebagai bahan baku amelioran tanah, pakan ternak atau sebagai media perkembangbiakan jamur. Namun demikian karena kandungan silika yang tinggi sehingga jerami tidak terlalu disukai sebagai pakan ternak. Sebagai akibatnya sebagian besar jerami padi menjadi bahan terbuang sehingga terpaksa dibakar.

Pembakaran jerami ini dapat bertujuan untuk mempercepat persiapan atau pengolahan tanah untuk masa tanam berikutnya dan di beberapa daerah bahkan bertujuan untuk menghindari penyebaran hama dan penyakit yang menyebar. Dengan tingginya intensitas pertanaman padi maka tidak lagi tersedia waktu yang cukup untuk jerami melapuk di tanah. Namun demikian pembakaran jerami mengakibatkan sebagian unsur hara hilang terutama unsur-unsur hara mudah menguap (volatile) dan unsur hara lain yang menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Pembakaran jerami tidak hanya menjadi tradisi petani padi sawah di Indonesia tetapi juga di banyak negara Asia penghasil padi lainnya seperti China, Vietnam, Thailand, dan lain-lain.

Pembakaran jerami tidak hanya menyebabkan sebagian unsur hara hilang, tetapi juga polusi udara sekitar dan gangguan kesehatan petani dan masyarakat sekitar. Hingga saat ini belum ada informasi berupa hasil penelitian kehilangan unsur hara akibat pembakaran jerami secara kuantitatif. Sementara itu, kehilangan unsur hara tanpa dibarengi oleh pengembalian unsur-unsur tersebut ke dalam tanh akan mengakitabkan ketidakseimbangan neraca hara dalam tanah sehingga akan menurunkan tingkat kesuburan tanah dan berujung pada penurunan produksi dan produktivitas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kehilangan unsur hara akibat pembakaran jerami.

Pertanian berkelanjutan adalah pertanian dengan wawasan lingkungan yang tidak hanya mengeksploitasi keberadaan tanah melainkan juga melestarikan kesuburannya terus-menerus. Ini adalah salah satu solusi usaha yang ramah lingkungan dan menjamin keberhasilan panen yang continue (terus menerus). Namun sayang wawasan yang terbatas dari pengusaha lokal membuat mereka kehilangan potensi secara bertahap dari tahun ke tahun.

Kesuburan Tanah.

Sebelumnya kita harus mengerti bahwa kesuburan tanah itu tidak hanya tergantung dari unsur hara yang ada melainkan juga tergantung dari jumlah bakteri yang dikandungnya. Keberadaan bakteri inilah yang membuat suplai unsur hara senantiasa/ terus-menerus ada. Bakteri berperan dalam penurunan dan perpanjangan laju pertumbuhan, penundaan perkembangbiakan dan sebagainya. Berikut kandungan bakteri pada tanah :
  • Tanah pasir, mengandung 320 – 500 ribu sel bakteri/gr tanah. Merupakan jenis tanah yang minim unsur hara.
  • Tanah lempung, mengandung 360 – 600 ribu sel bakteri/gr tanah. Jenis lahan dengan kandungan nutrisi menengah.
  • Tanah subur, mengandung 2 – 200 juta sel bakteri/gr tanah. Jenis lahan yang paling subur misalnya lahan gambut.
  • Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa kesuburan tanah juga tergantung dari jumlah bakteri dan kualitasnya dalam tanah yang terdiri dari tiga jenis :
  • Mikroorganisme yang merugikan dan membawa penyakit bagi tanaman
  • Bakteri yang menguntungkan bagi tanaman
  • Mikroorganisme yang bersifat netral
    Ada suatu perlakuan terhadap tanah dimana mikroorganisme yang menguntungkan ini bisa diperkaya jumlahnya melalui suatu rekayasa lingkungan dimana mikroorganisme yang patogen akan ditekan secara alami.

Berikut ini sumber hara yang penting untuk tanah subur dan baik untuk ditumbuhi oleh beragam tanaman.
  • Lewat hujan yang membawa unsur hara dari udara
  • Lewat sentuhan petir dari udara ( meskipun banyak orang yang mati kesamber petir tetapi tanah disitu terbukti subur)
  • Dari demineralisasi / penguraian oleh bakteri pembusuk berbagai bahan mati yang mengandung protein (seperti pada pupuk kandang)
  • Proses Fiksasi oleh mikroorganisme bakteri dimana unsur hara diudara diubah bentuknya agar langsung bisa diserap oleh tanaman
  • Setelah erosi/ pencucian tanah akan mengendap pada suatu titik didaerah tertentu. Sedimen yang terbentuk inilah yang sangat subur itu.
  • Pemberian pupuk buatan atau alami. Salah satu pupuk alami yang tersedia melimpah di alam adalah garam.
  • Unsur hara dalam tanah selalu berimbang
Untuk diketahui bersama bahwa siklus kehidupan di alam sifatnya berputar seimbang demikian juga dengan unsur hara, jika ditambahkan terus menerus dan berlebih (jenuh) maka mikroorganisme yang lain akan turut ambil bagian dan menguraikan unsur hara tersebut sehingga mengembalikannya ke udara dan sebagian lagi akan di bawa oleh aliran air ke perairan (sungai hingga akhirnya ke lautan luas).

Dampak Negatif Membakar Kebun.

berbagaireviews.com

Budaya instan telah berakar lama dalam negeri ini. Ketidak sabaran menuntut segala sesuatu lebih ceat padahal ujung-ujungnya adalah bencana yang akan terjadi. Metode membuka atau membersihkan lahan dengan cara dibakar adalah praktek yang tidak cerdas kerena menyebabkan banyak kerugiaan baik dari sisi lingkungan, ekonomi dan petani itu sendiri. Berikut bahasan selengkapnya.

CO2 dilepas.
    Proses fotosintesis menyerap dan mengubah CO2 (udara kotor) menjadi O2 sedangkan membakar lahan sama dengan memindahkan CO2 yang telah diserap baik-baik oleh tumbuhan kembali ke udara. Artinya polusi meningkat!

Global warming mendekat.
    Kandungan CO2 diudara jelas-jelas menyebabkan efek rumah kaca (global warming) dimana radiasi sinar matahari yang jatuh ke bumi tidak dapat lagi terpantul keruang angkasa karena dihalangi oleh CO2 dan polutan sehingga membuat cuaca semakin panas saja dari tahun ke tahun.

Iklim ekstrim.
    Cuaca yang panas/iklim yang panas menghalangi proses kondensasi (perubahan uap air menjadi air) artinya hujanpun tidak kunjung turun. Seperti kebakaran hutan yang terjadi di Riau 2015 dimana hujan tidak kunjung turun. Barulah hujan lekas turun setelah Pak Jokowi membuat hujan buatan disana.

Resiko kesehatan.
    Asap dimana-mana mengganggu kesehatan manusia dan menimbulkan penyakit pernapasan (misalnya ISPA). Kesehatan yang terganggu membuat biaya hidup semakin tinggi.

Resiko ekonomi.
    Kepulan asap juga menyebabkan kerugian secara ekonomi dimana banyak aktivitas manusia terhambat. Aktivitas manusia yang dibatasi hanya dalam ruangan saja menurunkan tingkat kebutuhan akan barang. Melambatnya proses jual-beli turut mempengaruhi perdagangan.

Komponen biotik tanah hilang.
    Pembakaran menyebabkan tingginya suhu tanah yang menimbulkan dehidrasi dimana banyak mikroorganisme yang menguntungkan, serangga (jengkrik dkk) dan nematoda (cacing tanah dkk) dalam tanah mati.

Gizi tanah hilang lewat udara.
    Demineralisasi lewat pembakaran lahan pertanian seperti menumpahkan unsur hara yang melimpah ditanah dan sebagian menguap/ dilarikan ke udara. Artinya sebagian nutrisi tanah tersebut telah hilang.

Gizi tanah hilang lewat arus air.
    Unsur hara yang dibebaskan lewat pembakaran tidak terikat oleh apapun sehingga jika terjadi pencucian oleh air hujan, kesemuanya itu akan dibawa lari oleh aliran air.

Menyuburkan lahan menjadi mahal dan lama.
    Untuk memulihkan kesuburan lahan yang telah dibakar (baik dari segi unsur hara, mikroorganisme, serangga, nematoda, dll) dibutuhkan waktu 5 tahun dengan rekayasa teknologi pertanian yang lebih mahal (Peneliti, MOMON).

Tanah akan menjadi tandus dan gersang.
    Apabila pembakaran lahan pertanian berlangsung terus menerus maka tanah akan mengalami lapar dan stress, dimana terus menerus ingin makan karena unsur haranya berkurang. Tanah harus dipupuk terus dan dosisnya terpaksa ditambah terus. Akhirnya kerusakan tanah tidak dapat terelakkan yang pada akhirnya membuatnya menjadi gersang.

Keuntungan apabila lahan pertanian tidak dibakar melainkan membiarkan mikroorganisme melapukkannya
Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa pembakaran meyebabkan kerugian besar bagi pengusaha. Unsur hara yang melimpah lewat sisa jasad mati telah disia-siakan lewat pembakaran kebun. Oleh karena itu alangkah baiknya jika sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati tidak dibakar sama sekali melainkan dibiarkan begitu saja untuk didekomposer oleh alam. Berikut keuntungan dekomposer oleh alam.

Proses demineralisasi oleh bakteri pembusuk akan memakan waktu (melambat) seiring dengan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian keberadaan unsur hara dalam tanah akan tetap tersedia secara berkelanjutan dan terus menerus. Mikroorganisme, serangga dan nematoda lainnya tetap terjaga keberadaannya sehingga membantu menyuburkan tanah. Ditambah lagi bakteri yang menguntungkan akan turut menyuburkan tanah lewat proses fiksasi (memindahkan unsur hara dari udara ke tanah bahkan langsung ketanaman). Sekalipun hujan turun unsur hara hanya akan hilang sebagian kecil karena demineralisasi oleh bakteri dilakukan secara bertahap dan tidak terjadi sekaligus.

Kesuburan tanah akan terjaga terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Lahan yang tidak dibakar akan membuat tanaman lebih berisi dengan buah yang lebih banyak dan hasilnya berkelanjutan dibandingkan dengan lahan yang dibakar. Iklim baik dan hujanpun turun pada musimnya.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar