Contoh Teks Naskah Drama, Play script. | Berbagai Reviews

Kumpulan Artikel Pendidikan Pengetahuan dan Wawasan Dunia

17 Oktober 2017

Contoh Teks Naskah Drama, Play script.

| 17 Oktober 2017
Teks Drama.


Contoh teks Naskah Drama - berbagaireviews.com
 
Drama adalah suatu cerita yang dipentaskan di atas panggung (disebut teater) atau tidak dipentaskan di atas panggung (drama radio, telivisi, film). Drama secara luas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sastra yang isinya tentang hidup dan kehidupan yang disajikan atau dipertunjukkan dalam bentuk gerak.

Contoh Teks Drama.

Naskah Drama 1

Skenario: Didalam skrip drama ini pemain berjumlah 6 orang. Drama ini menceritakan sekelompok pemuda dari keluarga kaya yang tidak mementingkan perasaan orang lain dan selalu menganggap materi adalah yang terpenting. Berikut adalah alur skenario dari drama tersebut.

Sinopsis: 1. Tema : Arti Kehidupan

2. Ritme  :
a) Eksposisi
        Brandon
        Tommy
        Elsa
        Anna
        Ivan
        Helen

b) Permasalahan
Brandon, Tommy, Anna dan Ivan menyingkirkan Elsa begitu saja semenjak gadis itu menjadi miskin.

c) Komplikasi
Elsa berencana untuk bunuh diri karena orang tuanya bangkrut dan teman-temannya meninggalkan dirinya.

d) Catatan 1
Ivan dan Anna menyakiti hati Elsa dengan perkataan mereka.

e) Catatan 2
Helen, kakak Elsa, berbesar hati memaafkan mereka dan itu membuat mereka menyadari kesalahannya.

f) Kesimpulan
Brandon, Tommy, Anna dan Ivan sadar tentang arti kehidupan karena Helen dan kematian Elsa.

3. Karakter:
Brandon (Antagonis)
Ivan (Antagonis)
Helen (Prontagonis)
Tommy (Tritagonis)
Elsa (Tritagonis)
Anna (Tritagonis)

4. Latar
Tempat : Cafe dan Rumah Sakit
Waktu : Siang Hari

Skenario (Dialog)

Brandon : Pesen yang banyak deh! Nanti aku yang bayar. Pokoknya kalian harus makan sampe kenyang.

Tommy  : Baru gajian ya? Kok royal banget sih?

Brandon : Bawel ah! Mau ditraktir nggak nih?

Anna  : Ya jelas mau lah! Hari ini kan giliran kamu yang keluar duit.

Tidak lama kemudian Elsa datang menghampiri meja dimana mereka duduk. Ia baru pamit dari toilet untuk menerima telepon.

Anna  : Elsa kenapa? Kok sedih? Pamali loh sabtu-sabtu murung gitu!

Ivan  : Iya kenapa sih, Sa? Dompetmu hilang?

Brandon dan Tommy tertawa menimpali lelucon Ivan tesebut.

Elsa  : Mamaku barusan telepon. Dia bilang papaku bangkrut. Semua rumah, mobil dan tabungan di bank ludes. (Terisak pelan) kami harus pindah ke tempat tinggal yang lebih kumuh. Parahnya lagi semua kebangkrutan ini karena papa terlibat kasus korupsi dan sekarang dia menjadi buronan polisi (Menangis)

Brandon : HAH? Yang bener?!

Ivan  : Berarti kamu anak buronan?!

Anna  : Kamu jatuh miskin sekarang, Sa?

Brandon, Ivan, Anna dan Tommy memasang raut muka tegang dan memandang hina kepada Elsa yang sedang menangis.

Elsa  : Aku sudah nggak punya apa-apa sekarang, tapi kalian masih mau kan temenan sama aku? Kita kan bersahabat sejak lima tahun lalu.

Anna menjauhkan kursinya yang tadinya berada di dekat kursi Elsa. Ia merapat kearah Brandon yang berada disebelahnya.

Anna  : Ya, kamu tahu sendiri lah, Sa kita ini sekumpulan pemuda-pemuda kaya. Jadi, mana mungkin kamu bisa menuruti gaya hidup kita?

Tommy  : Mending kamu pulang dan tengok keadaan orang tuamu, Sa.

Ivan dan Brandon hanya memandang dingin kearah Elsa. Elsa pun menatap mereka dengan tatapan yang sangat sedih.

Elsa  : Kupikir persahabatan kita selama lima tahun ini berarti. Tetapi kita aku jatuh miskin, kalian menempakku begitu saja!

Brandon : Sudahlah, Sa. Pulanglah. Betul tadi apa kata Tommy. Sudah bagus makananmu kubayari!

Elsa bangkit berdiri dari kursinya kemudian menatap sedih keempat temannya. Kemudian ia meninggalkan mereka dan keluar dari cafe.

Ivan  : Gila si Elsa, masa kita disuruh anggep dia teman sih. Sementara dia udah melarat. Aku jadi nggak nafsu makan.

Brandon : Sama nih, ya udah minta bill aja deh!

Tiba-tiba Anna yang sudah hampir sampai ke mobilnya, berlari menghampiri Brandon dan Ivan.

Anna  : Guys! Barusan aku dapat kabar kalo ada seorang gadis yang ciri-cirinya mirip Elsa hendak lompat dari fly over!

Ivan  : Serius?!

Anna  : Masa kayak gini bohong? Coba cek handphone kalian!

Brandon dan Ivan mengecek handphone masing-masing dan menerima kabar yang sama dari pesan broadcast.

Brandon : Yuk, kita langsung ke fly over itu! Kamu bareng kita aja, Anna! Hubungi Tommy, suruh dia langsung kesana.

Anna, Ivan dan Brandon masuk kedalam mobil. Brandon mengemudikan mobil kearah fly over tempat dimana Elsa hendak bunuh diri. Tiba-tiba di separuh perjalanan, handphone Ivan berbunyi dan raut muka Ivan berubah menjadi sangat tegang.

Ivan  : Guys…. Kita terlambat. Elsa melompat dari fly over tersebut dan ia tewas.

Brandon langsung menghentikan mobilnya. Anna menangis tersedu-sedu di jok belakang mobil.

Ivan  : Kita langsung ke Rumah Sakit Permata Biru aja, jenazah Elsa dibawa kesana.

Brandon menarik nafas panjang kemudia mengemudikan mobilnya kearah rumah sakit itu.
Sesampainya disana, mereka bertiga berlari dan didepan ruang jenazah sudah ada ibu dan Helen, kakak Elsa yang duduk membisu.
Anna berlari memeluk Helen.

Anna  : Kak, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kalau kami kasih support ke Elsa, pasti jadinya tidak akan begini. Tetapi kami malah meninggalkan Elsa begitu saja saat ia membutuhkan kami.
Helen membalas pelukan Anna dan mengusap punggung Anna dengan lembut. Helen tidak dapat menahan air matanya.

Helen  : Sudahlah, kami sudah memaafkan kalian. Ini semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Aku Cuma memohon agar kalian terus mendoakan Elsa agar ia tenang disana.

Brandon dan Ivan terkesiap menatap Helen yang tidak marah kepada mereka dan malah memaafkannya.

Ivan  : Kami mohon maaf sebesar-besarnya, Kak. Kami pasti terus mendoakan Elsa.

Helen  : Tidak perlu minta maaf terus menerus, Van. Elsa hanya tidak kuat menerima kenyataan bahwa kami semua jatuh miskin. Aku sangat mengerti karena sejak kecil ia hidup dengan bergelimang harta.

Brandon, Ivan dan Anna takjub akan kebesaran hati Helen dan semenjak itu mereka bertekad untuk lebih menghargai orang lain dan tidak menggunakan uang sebagai tolak ukur.

Naskah Drama 2

Naskah Drama anak sekolah (Anak kuper , tidak selalu buruk)
Terdapat sebuah genk disalah satu sekolah swasta yang terletak tidak jauh dari areal persawahan. Mereka tergolong cukup familiar disekolahnya. Anggota genk tersebut selalu mementingkan gaya daripada pendidikannya. Ketika sudah terlanjur  menjadi anggota genk ini, yang bersangkutan dilarang untuk bermain dengan teman lain yang bukan bagian dari mereka. Kala itu hari masih pagi, Grenny merupakan salah seorang dari anggota mereka tiba-tiba datang dengan raut wajah yang penuh kekesalan.

Dialog Drama

Grenny            : “Fuhhh. . . !! Tugas apa’an sih ini?
                     gila! Banyak benget! Mana susah lagi!
                     Eh Ardita, lu udah belom tugas bahasa nya?”
                     (sambil menjatuhkan buku yang dibawanya)

Ardita             : “Ha? Tugas apa ren?
                    (Bingung)

Grenny            : “Aduh Ardita...! Lola banget sih!
                    Ini nih, tugas bahasa yang kemarin! Emang lu nggak tau?”

Lalu Dian dan Casandra menghampiri Grenny yang sedang marah-marah.

Dian            : “Hey..hey..hey..
                     Ada apa sih rebut-ribut? Nyantai dong..

Casandra         : “Nggak taut tuh...
                     Masih pagi tau! Jangan bikin ribut napah?

Grenny            : “Ini nih, ada tugas bahasa. Masalahnya gue nggak ngerti.
                     Apalagi harus dikumpulin sekarang. Ah..pusing!”.

Casandra         : “Halah..nyante aja kali.
                     Tugas begini masa lu nggak bisa?”

Dian            : “Ih...masih pagi begini udah mikirin tugas.
                     Mending kita ke kantin deh, Yuk...!”
                     (Mengajak Grenny dan Casandra ke kantin)

Ketika sedang berjalan menuju kantin sekolah, Casandra, Grenny dan Dian bertemu dengan Nencia yang nampaknya baru datang. Nencia adalah anak yang selalu menjadi ejekan karena dianggap berpenampilan payah dan tidak punya fashion. Padahal, Nencia adalah anak yang lebih mementingkan pendidikan daripada penampilan atau fashion.

Grenny            : “Eh, liat tuh.. siapa yang dateng?? Hahaha”.

Dian dan Casandra : “Hahahaha...”(Ikut menertawakan Nencia)

Casandra         : “Ah udah yuk ke kantin.!”

Sementara mereka ke kantin, Ardita yang nampaknya masih bingung dengan tugas tersebut, menyempatkan diri untuk bertanya kepada Nencia.

Ardita             : “Pagi Nenci..! kamu tugas bahasanya sudah belum?”.

Nencia       : “Sudah kok, Ardita.”

Ardita             : “Ehm...boleh nanya nggak?”
Nencia       : “Boleh kok..”
                     (sambil tersenyum)

Tidak sempat bertanya, Grenny, Dian serta Casandra datang. Mereka tidak suka Ardita mendekati anak nggak punya fashion itu.

Dian            : “Ohh.. Ardita!

Casandra         : “Berani ya kamu deket-deket sama anak ini?”.

Grenny            : “Inget dit, anak ini cupu. Ih...!?”

Ardita             : “Yah, kan aku cuman mau tanya tugas ke Nenci.
                        Kok kalian jadi marah-marah sih?”

Casandra         : “Tugas yang mana sih say? Yang ini?
                     (sambil membaca buku yang di meja)

Ardita             : “Iya. Memang kamu bisa san?”

Casandra         : “Ehmm..., kalau cuman begini ya gampang lah dit!”

Ardita             : “Kamu bisa?? Coba kamu baca halaman 5.”

Casandra         : “Ehm..., ya gitu deh...
                       Ehm..., gimana ya? Gimana sih dit? hehe”.
                     (Bingung dan ragu-ragu)

Grenny            : “Yah, kirain lu bisa san!”

Dian            : Bodoh amat lah!

Yauda mending gue pindah duduk di belakang daripada sebangku sama penghianat!”
(Menyindir Ardita)

          Waktu pelajaran sudah berlalu. Hingga tiba jam istirahat.

Dian            : “San, ngga ada salahnya ya kalau kita temenan sama Nenci.
                     Biarpun kuper, Nenci itu pinter lho san!


Casandra         : “Ih..., ogah ah gue temenan sama anak kuper.
                     Pinter mana sama gue?”

Grenny            : “Ih gila. Lu ngremehin banget.
                     Gak tau ah. Lama-lama lu nyebelin.
                     Mending gue temenan sama Nenci ketimbang sama loe.”
                     (Berjalan mendekati Ardita dan Nenci yang sedang ngobrol)

Casandra         : “Yaudah sana! Gue gak butuh temen kaya lo! Gak penting.”

Dian            : “San, kayaknya bener apa kata Grenny.
Ya, kalau lu tetep kaya gini mending gue gabung sama mereka. Maaf , San.”
(Berjalan menyusul Grenny)

Casandra         : “Oke! Minggir sana Lo! Gue gak butuh kalian!”
          Tiba saatnya hasil UAS dibagikan. Teman-teman Casandra nampak senang dengan nilai tugas mereka yang memuaskan. Sementara Casandra, terlihat murung karena nilainya pas-pasan.

Grenny            : “Yey...nilai gue 9!”

Dian            : “Haha iya sama nilai gue juga sembilan!
                     Makasih Nenci, berkat kamu ini Len!”

Ardita             : “Wah, iya Nenci hebat. Lihat nih len, nilaimu paling tinggi!”

Nencia       : “Aku ikut seneng deh kalau nilai kalian bagus.
                     Oya, kira-kira nilai Casandra berapa ya?”
Ardita             : “Iya ya.. Coba kita samperin yuk!”
                     (Berdiri sambil menengok kea rah Casandra)

Grenny dann Dian     : “Iya yuk..”
          Mereka datang menghampiri Casandra yang nampaknya sedang murung.

Ardita             : “Hey Casandra, pasti nilai kamu bagus deh.”
                     (tersenyum ramah)

Casandra         : “Apa? Ngapain kalian kesini? Penting nggak sih?”

Nenci           : “Yah., kan kita cuman pengen tau nilaimu San.”

Dian            : “Iya Casandra, maksud kita kesini itu baik.
                     Kok kamu ngomongnya gitu sih?”
                     (kecewa)

Grenny            : “Sudahlah, percuma juga kita kesini.
                      Casandra sudah nggak butuh siapa-siapa disini.”
                     Yaudah yuk, kita ke kantin aja.
(kecewa)

Dian            : “Iya yuk.. Sudah laper nih!”
                   (melirik ke arah Casandra yang masih terlihat acuh)
Ardita dan Nenci       : “Okelah..”
       
Kemudian mereka ke kantin, karena kecewa dengan perkataan Casandra yang angkuh. Tapi baru berjalan dua langkah, Casandra memanggil mereka.
Casandra         : “Tunggu..!!”
                   (menyesal)

Nenci,Dian,Ardita,Grenny      : “Iya ada apa san?”
                                        (menengok sambil menjawab bersahut-sahutan)

Casandra         : “Ehm.. maaf ya?”

Ardita             : “Maaf kenapa Casandra?”

Casandra         : “Ya,, pokonya maaf.”
                     (Menyesal)

Dian            : “Iya Casandra. Kita maafin kok kalau kamu sudah minta maaf.”

Grenny            : “Nggak papa kali San. tapi asal kamu tau, Nenci nggak seburuk yang kita kira. B uktinya dia mau bantu kita belajar.”

Casandra         : “Iya aku tau. Mungkin aku cuman sirik sama Nenci.
                     Yah, aku sadar deh, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
                     Maafin aku ya sahabat-sahabat ku. Kita masih sahabat kan

Nenci, maafin aku ya?”

Nenci           : “Nggak papa kok Casandra. Lagipula aku juga nggak mau musuhin kamu”.

Dian            : “Iya Casandra, kita masih sahabat kok. Senyum dong?”

Casandra         : “Wah, ternyata kalian masih mau temenan sama aku. Padahal aku sudah egois.

Aku nyesel sudah musuhin Nenci.”

Grenny, Ardita     : “Iya Casandra, kita juga minta maaf ya? Soalnya kita sudah diemin kamu,San”
          (bersahut-sahutan)

Casandra         : “Makasih..kalian memang sahabatku.”

Dian            : “Iya Casandra, aku juga ya San.”

Nenci           : “Akhirnya..kita jadi temenan deh. Hehe”

Grenny            : “Sudah-sudah.. jadi ke kantin gak nih? Laper tau!”
                     (menggoda teman-temannya)

Dian,Ardita, Nenci, Casandra : ”Heeeeee..”

Lantas, mereka tidak lagi memusuhi Nenci.Mereka sadar bahwa pendidikan itu jauh lebih penting katimbang terlalu banyak memikirakan soal gaya. Dan yang lebih penting lagi, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain sebagai makhluk sosial. Kini mereka menjadi teman dan melupakan kesalahan-kesalahan yang sudah usai.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar